Kabar Surabaya

8 PSK di Stasiun Wonokromo Positif HIV, Asal Kediri, Tulungagung, Gresik, Malang dan Nganjuk

Penulis: Pipit Maulidiya
Editor: yuli
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Petugas gabungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terdiri dari Satpol PP, Linmas, Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya menjaring 14 Pekerja Seks Komersial (PSK) di kawasan Stasiun Wonokromo, Surabaya, Sabtu (18/5/2019) malam dan Minggu (19/5/2019) dini hari.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Kota Surabaya, Febria Rachmanita, mengatakan dari 14 PSK yang terjaring razia, langsung menjalani pemeriksaan tes urine di lokasi. Hasilnya 8 di antara PSK positif Human Immunodeficiency Virus (HIV).

"Dari 14 yang dicakup, 8 yang positif HIV. Seluruhnya dari Jawa Timur, 2 Kediri, 1 Tulungagung, 1 Gresik, 1 Malang, 1 Nganjuk, sisanya Surabaya. Usianya di atas 30an," jelas Fenny, panggilan akrab perempuan berkcamata ini.

Untuk sementara lanjut Fenny, mereka mendapatkan pembinaan dan pengobatan berupa Acute Retroviral Syndrome (ARV) di Liponsos Keputih, sebelum nanti dipulangkan ke daerah asal.

Di antara 8 PSK tersebut lanjut Fenny, 3 di antaranya sudah pernah berulangkali dipulangkan Pemkot Surabaya. Namun mereka kembali lagi.

"Dari 14 itu, ada 3 PSK yang sudah ditangkap berkali-kali. Kita tangkap, kita pulangkan, balik lagi. Jadi mereka bertiga sudah lama positif HIV kita punya datanya. Mereka sebenarnya juga sudah tahu kalau HIV," cerita Fenny saat berada di Kantor Humas Pemkot Surabaya.

Karena kerap kembali ke Surabaya, Pemkot Surabaya rencananya punya cara khusus untuk memulangkan para PSK ke tempat tinggal masing-masing. M Fikser, Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya menegaskan proses pemulangan nanti akan dikawal oleh teman-teman Pemkot Surabaya.

"Kalau dulu diserahkan ke Pemerintah Kabupaten, tapi kalau ini tidak (lagi). Khusus ini akan dikawal sampai rumah dan diserahkan kepada keluarga, nanti kita minta juga pendampingan dari Dinkes setempat, kita akan surati supaya pengobatan mereoa tidak putus," tegas Fikser.

Fenomena HIV - AIDS ini lanjut Fenny seperti gunung es. Peran Pemkot Surabaya untuk terus mencari, mengungkap banyak kasus baru, khususnya mereka yang baru saja tertular dan tidak menyadarinya.

Selain tindakan mencari, Dinas Kesehatan Kota Surabaya juga gencar melakukan penyuluhan bahaya HIV - AIDS dan pemeriksaan ke sekolah-sekolah, bahkan tempat-tempat hiburan malam rutin.

“Kita selalu melakukan penyuluhan-penyuluhan di SD, SMP, SMA dan lintas sektor. Kemudian di beberapa hiburan malam, kalau tim pengawasnya ada dari Dinkes, LSM dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia),” tambahnya.

Perempuan berkerudung ini menjelaskan penularan virus HIV bisa melalui beberapa faktor, diantaranya jarum suntik, seks bebas, dan hubungan sesama jenis.

"Kita menghimbau warga Surabaya untuk setia kepada satu pasangan sahnya, sehingga meminimalisir penularan HIV-AIDS ini. Bagi yang positif HIV, jangan sungkan-sungkan untuk berobat dan koordinasi dengan puskesmas. Pemkot Surabaya juga akan memberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa susu, untuk imun yang terus menurun, dari Dinsos juga ada permakanan,” terang Fenny.

Sebagai informasi lanjut Fenny, Surabaya memiliki 63 puskesmas yang siap melayani pemeriksaan dan diagnosa virus HIV. Sementara itu, jumlah Puskesmas yang melayani pengobatan HIV ada 10 diantaranta Puskesmas Dupak, Putat, Sememi, Perak Timur, Kedurus, Jagir, Kedungdoro, Keputih, Kali Rungkut, dan Tanah Kali Kedinding.

Sementara ada 9 rumah sakit yang melayani pengobatan HIV di antaranya RS Soewandi, RSAL (Rumah Sakit Aangkatan Laut), RS Haji, RS Bhayangkara, RS Jiwa Menur, RS Dr. Soetomo, RS Unair dan RS Bhakti Dharma Husada (BDH).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Kota Surabaya, Febria Rachmanita (tengah) dan M Fikser, Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya (pipit maulidiya)
Halaman
12

Berita Terkini