Di cafe
Bo Ra tak percaya Hong Seol itu tak menghubungi Yoo Jung, padahal kalau itu dirinya mungkin rela menari hula di Gwangwamun demi dapat pacar seperti Yo Jung. Hong Seol hanya bisa diam mendengar komentar temanya.
Hong Seol bersadar ditempat lesnya sambil mengirimkan pesan untuk Yoo Jung “Sunbae, aku ingin bertemu...Aku ingin bertemu dan bicara denganmu. Apa kau...Kau punya waktu besok?” wajah Hong Seol saat menulis pesan terlihat gugup.
In Ho sedang berjalan dilorong, pesan dari kakaknya kembali masuk “Uangku sudah habis. Kirimkan aku uang.” Membaca pesan yang kakak membuat amarah In Ho memuncak dengan mengumpat adiknya itu gila.
Saat itu Hong Seol yang sedang bersadar melihat In Ho mengomel sendiri bertanya ada apa dengan temanya. In Ho mengungkapkan sedang dapat masalah serius. Hong Seol bertanya masalah apa itu. In Ho merasa binggung kapan si rambut Anjing mentraktirnya makan. Hong Seol hanya bisa menghela nafas mendengarnya.
Akhirnya Hong Seol memutuskan akan mentraktirnya hari ini. In Ho tak percaya, Hong Seol menyakinkan akan mentraktirnya. In Ho pun memperingatkan agar Hong Seol tak kabur darinya. Hong Seol pikir tak akan kabur karena sudah janji.
Yoo Jung mengosok gigi sambil melihat ponselnya, membuka percakapanya dengan Hong Seol [Aku sudah sampai rumah, kau sedang apa?] akhirnya ia memilih untuk menghapusnya. Ia melihat kebagian atas ada banyak pesan dan memilih untuk menghapus semuanya.
Lalu terdiam saat melihat wallpapernya masih ada fotonya dengan Hong Seol, pesan dari Hong Seol masuk “Sunbae, aku ingin bertemu dan bicara denganmu. Apa kau punya waktu besok?” Membaca pesan Hong Seol, Yoo Jung langsung dengan cepat menyelesaikan sikat giginya, masuk ke kamar mandi.
Hujan turun sangat deras, In Ho sudah menunggu didepan minimarket, Hong Seol mengirimkan pesan akan telat 10 menit. Membaca pesan Hong Seol, In Ho mengeluh seharusnya Hong Seol tak perlu mengirimkan pesan kalau memang hanya telat 10 menit saja.
Lalu terdengar suara wawancara yang ada diTV, In Ho mendekat melihat siaran TV tentang seseorang yang menceritakan seperti mutiara di padang pasir dan pembaca acara menanyakan bagaimana menemukan mutiara itu. In Ho terdiam melihat pria yang ada di TV.
Flash Back
In Ho memainkan piano, seorang memberitahunya harus tulus di depan pianonya. In Ho terus saja memainkan piano dengan kemauannya, pria yang berdiri disampingnya mengomel karena In Ho mungkin akan main-main saat di atas panggung.
“Penonton akan bertepuk tangan jika permaiananmu bisa seperti ini. Tepuk tangan itu seperti pisau dan pujian itu seperti racun. Kau pasti akan mengerti maksud perkataanku ini. Kau tahu ‘kan kau adalah murid kesayanganku?” kata gurunya, In Ho mengerti dengan mengacungkan jempolnya lalu kembali memainkan piano dengan irama cepat dan membanggakan kalau dirinya hebat.
Sang guru datang ke rumah sakit, meminta In Ho masuk ke ruang rehabilitasi saja. In Ho berbaring dirumah sakit dengan luka lebam di wajahnya, sang guru yang anak muridnya itu pasti bisa sembuh. In Ho menatap tangan kirinya yang di gips dan tak mungkin bisa bermain piano lagi.
In Ho membiarkan tangan kirinya kena air hujan, seperti masih membayangkan tanganya itu bisa bermain piano lagi, lalu menatap ke TV ada anak murid dari gurunya yang bermain piano.