Pada tahun 2013, orang Australia berhubungan seks 20 kali lebih sedikit dibandingkan satu dekade sebelumnya. Sementara pada tahun 2014, orang AS berhubungan seks sembilan kali lebih sedikit dibandingkan dekade sebelumnya.
Siapa yang paling sering dan jarang berhubungan seks?
Tidak mengejutkan, orang yang sudah memiliki pasangan tetap lebih sering berhubungan seks daripada mereka yang tidak. Dan orang yang baru memulai hubungan seksual cenderung melakukannya lebih sering ketimbang yang lain.
Orang cenderung mengurangi aktivitas seksual saat pasangannya hamil tua dan beberapa tahun setelah melahirkan. Kurangnya kesempatan dan kesehatan yang buruk juga berhubungan dengan rendahnya jumlah hubungan seksual.
Salah satu hal yang paling mempengaruhi rendahnya frekuensi aktivitas seks seseorang adalah penuaan. Frekuensi melakukan hubungan seks menurun seiring dengan bertambahnya umur.
Tidak ada yang tahu pasti mengapa demikian, namun mungkin saja karena banyak lansia telah mencurahkan banyak waktu dalam suatu hubungan. Kepuasan atas suatu hubungan yang cenderung berkurang dari waktu ke waktu mungkin saja menyebabkan menurunnya gairah seks terhadap pasangan.
Pun dengan kondisi kesehatan. Seiring bertambahnya umur, orang akan mengalami berbagai masalah kesehatan dan menjadi kurang energik. Semakin tua seorang pria, maka bisa saja semakin kehilangan kemampuan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi.
Sering berhubungan seks tidak serta-merta membuat kita bahagia
Banyak orang menikmati hubungan seksual dan meyakini hal tersebut menambah kebahagiaannya.
Semakin sering berhubungan seks, semakin pasangan merasa puas dengan hubungannya—namun hanya sampai pada batas tertentu; batas tersebut adalah sekali dalam seminggu. Pada tingkat yang lebih tinggi dari itu, kepuasan sepertinya tidak berhubungan dengan seberapa sering hubungan seks dilakukan.
Secara psikologis, pasangan cenderung lebih bahagia apabila mereka berhubungan seks sesuai yang mereka inginkan.
Namun persepsi mereka tentang seberapa sering pasangan lain berhubungan seks juga mempengaruhi. Para pasangan lebih bahagia apabila mengira mereka lebih sering berhubungan seks dibanding pasangan lain.
Dalam suatu studi, peneliti secara acak menugaskan beberapa pasangan untuk menggandakan frekuensi seks mereka selama 90 hari.
Para pasangan ini meningkatkan hubungan seksual mereka, namun tingkat kepuasan yang diperoleh tidak sampai dua kali lipat. Setelah tiga bulan, suasana hati para pasangan tersebut secara drastis turun dan kesukaannya terhadap seks lebih rendah dibandingkan pasangan yang frekuensinya terkontrol.
Sekitar setengah orang Australia yang sudah menikah puas dengan frekuensi seksnya. Begitu juga dengan lebih dari setengah orang Australia yang belum menikah.
Kualitas dan kuantitas pengalaman seksual mungkin menjadi penting dalam kepuasan akan hubungan. Faktor-faktor seperti durasi pengalaman seksual, keadaan suasana hati, variasi, dan komunikasi yang baik rupanya berkaitan dengan kepuasan seksual. The Conversation