SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Shalfa Avirila Sania (17) atlet senam asal Kediri tiba-tiba dicoret dari Pelatnas yang dipersiapkan untuk mengikuti SEA Games 2019 di Filipina.
Pencoretan Shalfa Avirila Sania dilakukan lantaran tuduhan bahwa dirinya tidak perawan.
Berikut adalah kronologi dan cerita lengkap tentang kasus yang dialami oleh Shalfa Avirila Sania.
- 13 November 2019 Shalfa menjalani vaksin sebagai syarat atlet yang akan bertanding keluar negeri. Usai divaksin, Shalfa diinterogasi tim pelatihnya.
Hasil interogasi dilaporkan kepala pelatih yang memberitahu jika Shalfa sudah tidak perawan dan meminta orangtuanya menjemput di Mess Persani Gresik.
- 16 November tim pelatih sempat menanyakan kabarnya Shalfa. Diberitahu kalau Shalfa sempat down akibat menerima tudingan tidak perawan.
- 18 November ibunya menerima kabar Shalfa diperbolehkan mengikuti latihan lagi.
- 19 November kepala pelatih menginginkan hasil tes keperawanan.
- 20 November, Shalfa menjalani tes keperawanan di RS Bhayangkara Kediri dengan hasil selaput dara masih utuh.
Namun kepala pelatih ingin tes di rumah sakit Gresik.
- 21 November diberitahu Shalfa tidak boleh lagi bergabung latihan Pelatnas senam atlet SEA Games 2019.
Lapor Jokowi
Tim Penasehat hukum keluarga Ayu Kurniawati telah melayangkan pengaduan kejadian yang menimpa Shalfa Avirila Sania, atlet senam asal Kota Kediri kepada Presiden Jokowi.
Shalfa Avirila Sania (17) dicoret dari daftar atlet Indonesia yang akan berlaga di SEA Games 2019 di Filipina lantaran dituduh tidak perawan.
Imam Muklas SH, dari penasehat hukum keluarga menjelaskan, pengaduan juga disampaikan ke Kementerian Pemuda dan Olah Raga, KONI dan Persani yang menaungi atlet senam.
"Kami memohon agar kejadian yang menimpa atlet kebanggaan Jatim ini tidak terjadi kembali. Selain itu ada tindakan tegas dan investigasi yang dilakukan oleh internal Persani," ungkap Imam Muklas SH di kediaman keluarga Ayu Kurniawati, Jumat (29/11/2019).
Dikatakannya, investigasi yang dilakukan internal Persani berkaitan dengan pengelolaan dan pembinaan atlet senam.
Karena kejadian yang menimpa Shalfa diawali dari pemberitahuan yang diterima pihak keluarga dari tim pelatih terkait dengan virginitas.
"Kami telah melakukan klarifikasi kepada pihak-pihak terkait. Di mana virginitas bukan merupakan syarat utama apakah bisa menjadi calon atlet di SEA Games," ungkapnya.
Pihak keluarga sendiri kemudian melakukan tes virginitas ke RS Bhayangkara Kediri. Hasilnya berdasarkan keterangan dari RS Bhayangkara hymen intak yang artinya selaput dara dalam keadaan utuh.
Tes keperawanan dari RS Bhayangkara ini hasilnya berbanding terbalik dengan yang disampaikan tim pelatih pelatnas Sea Games yang disampaikan melalui telepon.
Imam Muklas juga menyampaikan, upaya untuk mengembalikan psikologi Shalfa sangat penting. Selain itu hak-haknya sebagai atlet juga harus diberikan.
Namun bila tidak ada itikat baik dari oknum-oknum yang memberikan tudingan serta memutarbalikan fakta, maka tim penasehat hukum akan mengungkapkan fakta-fakta yang telah dikantongi.
"Kami masih menunggu itikat baik dari pihak sana (tim pelatih senam,red). Tujuan kami mengembalikan nama baik atlet kebanggaan Jawa Timur, khususnya Kediri," tandasnya.
Apalagi Shalfa telah banyak memberikan torehan prestasi tingkat nasional dan internasional. Di antaranya, Kejuaraan Asean School di Singapura meraih medali perunggu.
"Hak-haknya sebagai atlet harus diberikan secara hukum," ungkapnya.
Imam Muklas juga menyampaikan, pihak Pemerintah Kota Kediri melalui Ketua KONI Kota Kediri, Maria telah menyampaikan akan memberikan backup penuh dalam penanganan kasusnya Shalfa.
Diungkapkan Imam Muklas, sepanjang yang diperjuangkan adalah benar supaya terus diperjuangkan karena Shalfa merupakan aset Kota Kediri.
"Kami sampaikan terima kasih kepada Pak Wali Kota Abdullah Abu Bakar melalui Ketua KONI yang memberikan dukungan penuh terhadap kasusnya Shalfa," jelasnya.
Disebutkan Imam Muklas, salah satu bentuk dukungan yang diberikan Pemkot Kediri berkaitan dengan pendampingan selanjutnya dalam penanganan perkara yang dialami Shalfa.
Curahan Hari Ibunda
Inilah fakta sebenarnya tentang status keperawanan atlet SEA Games 2019 asal Kediri yang dipulangkan karena tuduhan tidak perawan.
Fakta tentang keperawanan atlet bernama Shalfa Avirila Sania ini diungkapkan sang ibunda mengacu pada hasil tes medis.
Seperti diketahui, gara-gara tudingan sudah tidak perawan lagi, Shalfa Avirila Sania (17), atlet senam lantai yang tengah mengikuti Pelatnas SEA Games 2019 di Gresik dipaksa pulang.
Akibat tuduhan tidak perawan, Shalfa Avirila Sania dan keluarganya sempat syok.
Ayu Kurniawati (42), ibunda Shalfa menyebutkan, akibat tudingan putrinya sudah tidak perawan lagi telah menghancurkan masa depannya.
"Kalau memang dikeluarkan silakan saja, kami tidak bisa menerima karena ada embel-embelnya anak saya tidak perawan. Itu akan menghancurkan masa depannya," ungkap Ayu Kurniawati di kediamannya, Jumat (29/11/2019).
Akibat tuduhan sudah tidak perawan lagi juga telah menyebar di kalangan atlet pelatnas serta teman-teman di sekolahnya.
Shalfa sendiri sangat terpukul dan sempat empat hari tidak masuk sekolah karena malu.
Shalfa merupakan putri pertama dari dua bersaudara anak pasangan Satrio Utomo (46) dengan Ayu Kurniawati (42) pelajar kelas 3 di SMAN 1 Kebomas Gresik.
Sedangkan Pelatnas untuk atlet dari Jatim yang diproyeksikan mengikuti SEA Games 2019 dilakukan di Wisma Persani Gresik.
Ayu Kurniawati mengaku sangat syok begitu putrinya mendapatkan tudingan sudah tidak virgin dari tim pelatihnya.
"Kami sekeluarga syok, kami tidak bisa mikir apa-apa karena sudah buntu. Apalagi putri saya juga sempat down," ungkapnya.
Tes Medis
Untuk menepis tudingan putrinya sudah tidak perawan, Ayu dengan biaya sendiri telah memeriksakan tes keperawanan ke dokter kandungan RS Bhayangkara Kediri.
Hasilnya putrinya dinyatakan sehat dengan hasil hymen intak.
Ayu Kurniawati berharap kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang karena sangat merugikan karier dan masa depan atlet.
"Kejadian seperti ini jangan sampai terjadi pada atlet lainnya. Jangan sampai ada semena-mena lagi, biarlah anak saya saja yang menjadi korbannya," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ayu juga berharap kepada tim pelatih untuk tidak bertindak semena-mena kepada atlet yang dilatihnya.
Saat ditanya apakah peristiwa yang menimpa putrinya merupakan dampak dari persaingan dengan sesama atlet senam. Ayu menjawab tidak tahu motifnya.
Karena dari peristiwa yang menimpa putrinya, Ayu selama dua minggu terakhir harus pontang panting bolak balik Kediri - Gresik.
Shalfa sendiri telah meminta izin ibunya untuk pindah sekolah di Kota Kediri karena merasa malu mendapatkan tudingan yang telah menghancurkan masa depannya.
"Ma, aku tak pindah sekolah ke Kediri saja, saya malu," ungkap Ayu menirukan permintaan putrinya.
Keluarga Shalfa juga sangat menyesalkan tindakan tim pelatih atlet pelatnas yang secara tiba-tiba membuat tudingan kepada putrinya.
Apalagi Shalfa untuk keperluan bertanding di SEA Games 2019 telah menjalani vaksin.
Dari Jatim ada dua cewek dan satu cowok atlet senam yang diproyeksikan diberangkatkan ke SEA Games 2019.
Menyusul kejadian itu posisi Shalfa telah digantikan atlet senam yang mengikuti pelatnas di Jateng.
Ayu Kurniwati mengaku pernah sekali mendapatkan pemberitahuan dari tim pelatih yang menyebutkan putrinya sudah pacaran dan sering keluar saya cowoknya.
Tim pelatih juga memberitahu kalau akab ada degradasi.
Shalfa sejak SD telah mengikuti latihan sebagai atlet senam.
Total selama menjadi atlet senam telah mendapatkan sekitar 46 medali kejuaraan.
Terakhir mengikuti kejuaraan Asean School di Singapura pada 2017.
Pada ajang kejuaraan ini Shalfa mendapatkan medali perunggu.
Kejuaraan yang pernah diikuti Kejurnas di Jambi, sedangkan ajang lomba di Thailand tidak mendapatkan juara.
Sikap Kemenpora
Heboh atlet senam Indonesia yang akan berlaga di SEA Games 2019 tiba-tiba dipulangkan karena diduga tidak perawan.
Atlet senam Indonesia ini berinisial SA. Dia sempat mengikuti pemusatan latihan di Gresik, Jawa Timur.
Menanggapi pemulangan atlet karena dugaan tidak perawan, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membuat pernyataan.
Kemenpora mengaku prihatin dengan kabar pemulangan atlet asal Kediri, Jawa Timur, tersebut.
Dikabarkan, bahwa SA yang sedang menjalani pemusatan latihan senam di Gresik, Jawa Timur, untuk persiapan SEA Games 2019, tiba-tiba dipulangkan oleh Persatuan Senam Indonesia (Persani).
Pihak Kemenpora pun mengaku langsung menghubungi Persani.
Dalam rilisnya, Kemenpora membantah bahwa SA dipulangkan karena tidak perawan.
"Yang benar terkait dengan masalah kondisi prestasinya, jadi tidak ada hubungannya dengan masalah cek keperawanan," kata Sesmenpora Gatot S Dewabroto, dalam pernyataan yang diterima Kompas.com.
Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) 95 tahun 2017, hak promosi dan degradasi atlet memang ada di cabor, dalam hal ini Persani, bukan di Kemenpora maupun KONI.
"Tidak betul ada pemulangan paksa oleh pelatih Persani, yang benar bahwa atlet tersebut melakukan tindakan indisipliner dan kurang fokus dan berdampak prestasi menurun," lanjut Gatot.
"Sehingga diputuskan pelatihnya tidak disertakan di SEA Games dan digantikan oleh atlet lain yang peringkatnya jauh lebih tinggi," lanjut pernyataan tersebut.
Namun, jika benar bahwa pemulangan atlet itu karena dugaan masalah keperawanan, Kemenpora akan bertindak tegas.
Hal ini lantaran menyangkut masalah privasi dan kehormatan seseorang dan juga tidak ada hubungannya soal prestasi atlet.
Kemenpora pun mengingatkan kepada seluruh cabor untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apa pun.
Sebab, hal itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan di SEA Games 2019.
"Lebih baik berkonsultasi langsung kepada pimpinan induk cabor ataupun KONI, dan jika tidak dapat terselesaikan langsung ke Kemenpora, agar isu-isu sensitif seperti ini bisa segera dimitigasi secepatnya," demikian pernyataan Gatot. (Kompas.com)