Kabar Gresik

4 Fakta Fenomena Gadis Cantik Asal Jabar di Warkop Gresik, Dijajakan Rp 150 Ribu untuk Sekali Kencan

Penulis: Frida Anjani
Editor: Adrianus Adhi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

4 Fakta Fenomena Gadis Cantik Asal Jabar di Warkop Gresik, Dijajakan Rp 150 Ribu untuk Sekali Kencan

Para pemilik warung sengaja memodifikasi meja warung mereka menyerupai bilik asmara mini lengkap dengan fasilitasnya. 

Setelah dilakukan penggerebekan, meja warung kopi yang dimodifikasi menjadi 'bilik kamar' itu dibongkar oleh petugas dan dirusak, agar tidak ditempati lagi.

Sebagian dari kamar triplek tersebut masih tampak baru, karena triplek yang digunakan masih tampak bersih.

3. Pelanggan dari Daerah Ngawi, Nganjuk dan Sekitarnya

Perangkat Desa Moneng, Parmin (49) menuturkan, Pasar Moneng yang merupakan pasar tradisional disalahgunakan sebagai tempat mesum sejak puluhan tahun yang lalu.

"Sudah puluhan tahun, sejak saya masih kecil sudah ada. Dulu mungkin awalnya cuma satu, lama kelamaan, ada pendatang satu, dua, dari luar daerah masuk ke pasar, akhirnya satu tambah satu, sekarang jadi banyak," katanya, saat ditemui di lokasi, Kamis (8/8/2019) siang.

Ia menuturkan, semula Pasar Muneng hanya menjadi tempat transaksi saja, namun lama kelamaan, akhirnya terdapat bilik-bilik kamar dan menjadi tempat 'eksekusi'.

Lokasi Pasar Muneng berada di Jalan Raya Madiun - Ngawi, perbatasan antara Kabupaten Madiun dengan Kabupaten Ngawi. Pada malam hari, tempat itu menjadi tempat istirahat sopir truk yang melintas.

"Pelanggannya dari wilayah sekitar, Ngawi, Nganjuk. Jadi tempat istirahat sopir-sopir truk," katanya.

Sementara itu, seorang penjual warung kopi, Ratmi (60) mengaku sudah 30 tahun berjualan kopi di tempat itu.

Ia mengaku sudah berjualan sejak usia 20 tahun, mulai sekitar pukul 07.00 pagi hingga sekitar 01.00 malam.

Sehari, ia bisa mendapatkan omset Rp 60 hingga Rp 80 ribu. Namun, ia mengkalim tidak menyediakan kamar ataupun PSK.

"Saya jualannya dari pagi hingga malam, cuma jualan kopi. Saya tahu ada kegiatan itu (prostitusi), tapi saya cuma jualan kopi," katanya sambil mengusap air mata menggunakan bajunya.

Selama berjualan, ia dimintai retribusi Rp 2000, setiap lima hari sekali pada saat 'pasaran' yakni pada penanggalan Jawa, setiap Wage. Selain itu, ia juga membayar listrik, Rp 20 ribu sebulan sekali.

4. PSK dari Luar Madiun

Dia mengatakan, para PSK yang ada mangkal di tempat itu berasal dari luar Madiun, di antaranya dari Nganjuk dan Kediri.

Nenek satu orang cucu ini berharap, pemerintah Kabupaten Madiun akan memberikan bantuan kios baru untuk berjualan.

Sebab, warung kopi yang sehari-hari ia gunakan sebagai tempat mencari nafkah telah dibongkar.

Berita Terkini