SURYAMALANG.COM, KOTA BATU – Fraksi PKS DPRD Batu mendesak Pemkot Batu untuk bisa mencari solusi mengatasi masalah bau sampah yang bersumber dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung, Kecamatan Junrejo.
Desakan dari PKS ini muncul setelah adanya masukan dan keluhan dari masyarakat.
Ketua Fraksi PKS DPRD Kota Batu, Ludi Tanarto mengatakan, keluhan masyarakat terkait bau sampah kerap didengarnya.
Terbaru ketika anggota dewan reses pada Desember 2019 lalu.
Menurutnya, bau sampah dikarenakan pengelolaan yang masih kurang optimal.
Pengelolaan yang kurang optimal itu berdampak buruk saat musim hujan.
Ketika musim hujan tiba, bau busuk merebak ke mana-mana.
“Pengelolaan yang tidak optimal dan kurang disiplin menjadi penyebabnya,” ungkap Ludi kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (28/2/2020).
Menurut Ludi, seharusnya pengolahan sampah dilakukan secara maksimal dengan mamanfaatkan teknologi yang canggih saat ini.
Selain memanfaatkan teknologi, juga menggunakan mikro biologi untuk mengurai sampah lebih cepat.
Ludi juga mendorong agar Pemkot Batu menggandeng perguruan tinggi.
“Di sini kan banyak perguruan tinggi. Ada Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Negeri Malang.”
“Intinya di daerah lain bisa kenapa kita tidak? Masalah ini harus segera teratasi, kalau tidak kasihan warga terdampak,” kata Ludi.
Ludi mengkhawatirkan, jika keluhan masyarakat terkait bau sampah tidak segera diatasi akan berdampak pada kekecewaan warga.
Fatalnya, keluhan warga bisa berubah menjadi penolakan terhadap keberadaan TPA Tlekung. Jika penolakan ini lahir, maka akan sulit bagi Pemkot Batu untuk mengatasinya.
“Mumpung ini masih keluhan, nanti kalau menolak tambah sulit. Kan repot, kalau sampai menilak. Mau dipindah kemana lagi kalau misal ditolak.”
“Untungnya konteks sekarang masyarakat masih mengeluh. Makanya segera cari solusi,” paparnya.
Sekretaris Desa Tlekung yang juga warga Dusun Gangsiran Ledok, Nuryanto menceritakan warga sudah jarang berkumpul di luar rumah karena aroma sampah sangat menyengat.
Bau sampah telah mengubah perilaku masyarakat sekitar TPA Tlekung.
Tidak hanya itu, dikatakan Nuryanto, sejumlah warga yang mengeluh berencana untuk menjual rumah dan pergi dari tempat tinggalnya.
Pasalnya, mereka tidak tahan terhadap semerbak bau sampah yang keluar dari TPA Tlekung.
“Harapan kami ya dikelola dengan baik. Ya itu tadi dampaknya seperti bau meresahkan masyarakat sekitar.”
“Banyak yang ingin pindah rumah seperti depan rumah saya,” kata Nuryanto.
Diakui Nuryanto, bau menyengat semakin kuat saat musim penghujaan. Sampah-sampah yang membusuk mengeluarkan aroma tidak sedap sekitar pukul 3 pagi dan selepas maghrib.
Nuryanto menduga, pengelolaan sampah di TPA Tlekung kurang efektif karena pegawainya sedikit.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko sudah mengupayakan meminimalisir sampah menuju TPA.
Caranya, pengelolaan sampah bisa dilakukan di desa atau kelurahan. Strategi pengolahan sampah dari sentralisasi jadi desentralisasi dengan membentuk TPS 3R tiap desa/kelurahan.
“Jadi, sampah-sampah tidak dibuang ke TPA Tlekung semua. Saya yakin sistem desentralisasi ini, pengolahan sampah akan tuntas di desa dan kelurahan,” kata Dewanti.
Untuk mendukung pengolahan sampah di desa dan kelurahan itu, DLH Kota Batu akan menyiapkan 24 mesin pengolah sampah.
Dikatakan Dewanti, sudah ada 14 desa/kelurahan yang siap dan bersedia menyiapkan sebagian tanah kas desa untuk mengoptimalkan program ini.
Peran desa nanti, menggeser sampah dari RT dan RW ke TPS 3R itu untuk dipilah dan diolah.
“Tahun ini kami targetkan terealisasi semua, bayangkan kalau sampah dari Sumber Brantas dibawa ke TPA Tlekung.”
“Itu kan jauh sekali, tapi kalau bisa diselesaikan di lokasi, maka bisa meminimalkan bau,” jelas politisi PDI Perjuangan tersebut.