"Kalau gerakan ini berhasil karena ada yang ingin membeli partai kita dan kemudian ada fasilitatornya, partai kita bisa mengalami kegelapan," ujar SBY.
Demokrasi akan krisis
SBY pun berujar, jika gerakan kudeta itu berhasil, demokrasi di Indonesia akan mengalami krisis karena sebuah partai politik dapat diambil alih begitu saja.
"Krisis besar karena sebuah partai politik yang puluhan tahun dibangun dan dibina, dengan segala dinamika dan pasang surutnya, tiba-tiba dengan kekuatan uang dan kekuasaan bisa direbut dan diambil alih begitu saja," kata SBY.
SBY menuturkan, jika kudeta di Demokrat terjadi, kehidupan bernegara pun tak ubahnya seperti di hutan rimba.
Pihak yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah, sedangkan salah-benar menjadi persoalan nomor dua.
SBY pun membandingkan masa kepemimpinannya sebagai Presiden RI.
Ia mengaku sangat menghormati kedaulatan dan kemandirian partai politik, termasuk partai yang mengambil sikap oposisi.
SBY juga mengaku menghormati para pemimpin partai.
"Saya menyadari bahwa partai politik sebagai elemen penting dalam demokrasi dan kehidupan bernegara perlu dihormati kedaulatan dan kemandiriannya. Tidak sepatutnya diintervensi oleh pihak mana pun dari luar partai," kata SBY.
Yakin Jokowi tidak tahu
SBY menduga, keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam gerakan kudeta Partai Demokrat tidak atas sepengetahuan Presiden Joko Widodo, yang disebut SBY sebagai sosok berintegritas tinggi.
"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi."
"Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," kata SBY.
Di samping itu, SBY juga meyakini bahwa ada pencatutan nama sejumlah pejabat negara dalam polemik tersebut.