Setelah mendapat perintah salat lima puluh, Nabi Muhammad SAW turun dan berpapasan dengan Nabi Musa. Terjadilah dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Musa tentang jumlah salat.
Nabi Musa beranggapan bahwa salat lima puluh kali sangat berat untuk diterapkan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Nabi Musa meminta Nabi Muhammad SAW menemui Allah SWT kembali untuk meminta keringanan.
Singkat kisah, setelah bolak-balik menemui Allah SWT untuk meminta keringanan ihwal jumlah salat, Nabi Muhammad SAW pun menyampaikan kepada Nabi Musa bahwa jumlah salat dikurangi menjadi lima kali. Namun, Nabi Musa menganggap salat lima waktu masih terlalu berat untuk diterapkan kepada umat.
Nabi Musa meminta Nabi Muhammad SAW kembali meminta keringanan kepada Allah SWT, namun Nabi Muhammad SAW sungkan karena terus-terusan meminta keringanan kepada Allah SWT.
Tentang hal ini, dalam Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad SAW berkata (Hadits Shahih Bukhari Muslim): “Aku telah bolak-balik menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa malu kepada-Nya. Aku tidak melakukannya lagi.” (Eko Darmoko)
Sejarah Asal Usul Nama Nabi Muhammad SAW dari Kesaksian Abdul Muttalib dan Aminah, Ada Cahaya Terang
Nabi Muhammad SAW merupakan putra dari pasangan Abdullah bin Abdul Muttalib dan Aminah bin Wahab bin Abd Manaf bin Zuhra.
Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT ke dunia untuk menyempurnakan ajaran agama Islam.
Muhammad diutus untuk menyampaikan risalah sekaligus kabar baik kepada seluruh manusia.
Muhammad lahir pada Tahun Gajah atau tahun 570 Masehi, dikutip SURYAMALANG.COM dari buku ‘Sejarah Hidup Muhammad’ karya Muhammad Husain Haekal terbitan Pustaka Jaya cetakan kelima 1980.
Dalam buku itu disebutkan, mengutip Caussin de Perceval dalam Essai sur I’Histoire des Arabes, Nabi Muhammad SAW dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Mekkah di rumah kakeknya, Abdul Muttalib.
Perihal pemberian nama Muhammad kepada bayi yang dilahirkan Aminah, masyarakat Quraisy bertanya-tanya soal 'keanehan' nama itu, nama yang terdengar asing di kalangan Quraisy.
Sebelumnya, tidak ada masyarakat Quraisy atau seluruh Arab yang menamai seseorang dengan nama Muhammad atau Ahmad.
Menjawab pertanyaan masyarakat Quraisy tentang nama itu, Abdul Muttalib kakek Muhammad sekaligus ayah Abdullah dan mertua Aminah mengatakan:
“Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi Makhluk-Nya di bumi,” kata Abdul Muttalib dalam buku ‘Sejarah Hidup Muhammad’ halaman 56.