SURYAMALANG.COM, BATU – Pemerintah Kota Batu berencana mendatangkan mesin pirolisis untuk mengatasi permasalah sampah di TPA Tlekung.
Hal itu disampaikan Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko ketika ditanya mengenai pilihan solusi menjawab persoalan sampah dari TPA Tlekung.
Mesin pirolisis adalah mesin pengolah sampah yang bisa membuat sampah menjadi bahan ekonomis.
Diharapkan mesin ini bisa datang secepatnya ke TPA Tlekung.
Pemkot Batu dikabarkan telah menjalin kerjasama dengan pihak tertentu untuk mendatangkan alat ini.
“Yang perlu digaris bawahi, alat ini didatangkan tanpa anggaran sepeserpun alias gratis,” paparnya.
Dewanti mengatakan mesin yang sama juga telah digunakan oleh negara tetangga yakni Singapura.
Alat ini dikatakan berbeda dengan mesin yang saat ini digunakan.
Alat ini bekerja lebih efektif dengan menggunakan energy dari solar cell atau sinar matahari dan tidak seperti insinerator yang masih menggunakan bahan bakar solar.
“Maka dari itu, untuk masyarakat bisa bersabar dahulu sampai mesin ini datang dan Insyaallah bisa mengatasi bau di TPA Tlekung,” katanya.
Protes Warga Terdampak
Persoalan bau sampah yang menyengat dari TPA Tlekung belum menemui solusi hingga lima tahun belakangan ini.
Warga Dusun Gangsiran, Desa Tlekung yang tinggal di dekat TPA Tlekung terpaksa harus menyesuaikan diri dengan bau tak sedap tersebut.
Apalagi saat musim penghujan seperti saat ini.
Warga kemudian memasang banner di dekat pintu masuk.
Banner tersebut berisi tujuh poin yaitu pertama angkutan sampah berplat hitam dilarang masuk.
Kedua, angkutan sampah dari kendaraan Tosa hanya dari Desa Tlekung.
Ketiga, hari Minggu dan libur nasional, TPA Tlekung ditutup.
Keempat, sampah yang dibuang ke TPA Tlekung hanya berasal dari Kota Batu.
Kelima, jenis sampah yang dibuang ke TPA Tlekung hanya sampah rumah tangga.
Keenam, angkutan sampah berplat merah wajib tertutup terpal, dan ketujuh TPA Tlekung buka mulai pukul 6.00 hingga 16.00 WIB.
Di bawahnya terdapat keterangan bahwa peraturan itu berlaku mulai 21 Februari 2022.
Riyono, warga sekitar TPA Tlekung mengatakan bau sampah sering muncul saat subuh dan selepas maghrib. Kondisi itu sudah ia rasakan sejak awal-awal TPA dibangun.
Ia berharap Pemkot Batu betul-betul bisa menghadirkan solusi terhadap persoalan bau yang tak sedap tersebut.
Riyono menceritakan kembali pengalamannya saat akan makan bersama di sebuah masjid selepas kegiatan.
Orang-orang di situ lantas tidak berselera makan karena aroma menyengat sampah tercium.
Ia pun tidak berharap kejadian serupa terulang kembali.
"Kejadian itu sebelum 2018, jauh sebelum pandemi. Jadi ya tidak selera mau makan," katanya.
Selain bau yang tak sedap, dampak akibat sampah yang menumpuk di TPA Tlekung adalah potensi kerusakan lingkungan.
Kebocoran lindi yang terjadi di tahun lalu belum teratasi hingga saat ini. Hal tersebut disampaikan Kepala Desa Tlekung, Mardi.
"Kebocoran lindi belum teratasi," katanya.