"Ada dua kelokan tajam Sungai Brantas, yaitu di sekitar Pulotondo dan di daerah Kucen Karangrejo. Karena itu keberadaan tanggul sangat penting, karena sungainya terus bergerak," papar Dwi.
Usia peradaban Ringinpitu dan sekitarnya diduga juga sezaman dengan Airlangga.
Hal ini dikuatkan dengan temuan Prasasti Pinggirsari dan Tapan dari era sebelum Jayabaya.
Lalu ada prasasti Pulotondo yang berasal dari era Jayabaya.
Di era Kerajaan Kadiri, kerajaan ini menegakkan hegemoni atas Sungai Brantas.
Daerah di sepanjang alirannya dikuatkan dengan wilayah perdikan.
Dengan demikian perdikan-perdikan ini memberikan dukungan kepada Kadiri.
"Karena Sungai Brantas adalah jalur transportasi utama. Perdikan atau sima itu penting untuk menjaga hegemoni Kadiri atas Sungai Brantas," ungkap Dwi.
Tidak heran saat itu banyak ditemukan desa perdikan yang berbatasan langsung dengan Sungai Brantas.
Permukiman warga pun berkembang di sepanjang aliran Sungai Brantas, Ringinpitu satu di antaranya.
Upaya pengungkapan berdirinya Desa Ringinpitu dinilai Dwi sebagai gerakan pemicu.
Ke depan di harapkan banyak desa Lembah Brantas yang akan menggali sejarahnya.
Sehingga ke depan akan terungkap sejarah Lembah Brantas Tulungagung secara utuh.
"Ini gerakan awal untuk membangunkan dari ketidaksadaran historis. Jika semua desa melakukannya, maka desa-desa di tepi Brantas akan bangkit," pungkas Dwi.