SURYAMALANG.COM, - Cerita Muhammad Fadli pendaki Gunung Marapi jarinya putus tangkis hujan batu diungkap olehnya sebagai salah satu korban selamat.
Menurut Fadli, asap hitam juga menutupi penglihatannya sehingga cukup sulit untuk menyelamatkan diri.
Gunung Marapi di Sumatera Barat itu meletus pada Minggu (3/12/2023) sekitar pukul 15.00 WIB dan menelan 23 orang korban jiwa.
Gemuruh serta guncangan dari kawah Gunung Marapi membuat Fadli dan 17 rekannya terkejut.
Pria 20 tahun ini langsung mencari tempat berlindung di balik bebatuan cadas.
Saat itu Fadli berada di sekitar puncak gunung dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut (Mdpl).
“Saat mendengar gemuruh dan merasakan guncangan itu, saya langsung bersembunyi bersama tiga teman saya,” kata Fadli di RSUD Padang Panjang saat ditemui wartawan, Senin (4/12/2023).
Suara gemuruh ini hanya awal dari proses erupsi Gunung Marapi.
Saat bersembunyi di balik batu, Fadli melihat batu berukuran kepalan tinju orang dewasa melayang-layang.
“Saat salah satu batu menuju ke saya, saya menepisnya dengan tangan kosong yang mengakibatkan jari saya patah,” katanya.
Baca juga: Kesaksian Irvanda Pendaki Selamat Gunung Marapi Tiba-tiba Ada Ledakan, Panik Cari Perlindungan
Artikel Kompas.com 'Cerita Penyintas Erupsi Gunung Marapi, Hadapi Hujan Batu'.
Batu selanjutnya kemudian mendarat di bagian kaki kiri Fadli yang membuat tulangnya patah.
Tak lama kemudian, asap hitam menyelimuti langit.
Lalu asap hitam dan debu pekat membekap mata Fadli. Ia benar-benar tidak bisa melihat di sekitarnya.
“Saat itu kami tetap ber-sembunyi di balik batu dan saya tidak mengetahui lagi tentang teman-teman saya yang lain,” lanjutnya.
Batu yang beterbangan juga menghantam bagian kepala salah satu temannya sehingga hampir kehilangan kesadaran.