Beberapa menit kemudian, para pelaku datang kembali, namun dengan merevisi jumlah pesanan makanan menjadi lebih banyak, yakni 25 kotak.
Mungkin, ini menjadi akal-akalan melancarkan aksinya, para pelaku berlagak untuk segera dibuatkan dua kotak pesanan nasi bungkus yang dapat segera langsung dikirim.\
Namun, proses pengirimannya, lanjut ASH, salah satu pelaku minta diantarakan menggunakan motor miliknya menuju ke rumah bosnya di kawasan Jalan Siwalankerto Utara.
ASH menuruti permintaan para pelaku. Ia bersama seorang pelaku mengantarkan pesanan makanan awal kepada bosnya di suatu alamat yang ditunjukkan pelaku.
Seorang pelaku bertindak sebagai joki motor milik ASH. Sedangkan, ia sendiri dibonceng oleh si pelaku.
"Entah kena hipnotis atau apa. Saya ikut kirim, karyawan saya goreng-goreng di sini, karena ada orang beli," terangnya.
Dan, setibanya di lokasi rumah yang disebut para pelaku sebagai rumah bosnya. ASH diajak masuk ke dalam teras rumah bos, untuk segera masuk ke rumah dan meminta tagihan pembayaran.
"Dan saya belum ngeh kalau itu penipuan. Karena saya masih dibawa masuk sama orangnya. 'ayo dibawa masuk ke rumah bosnya', kata dia (pelaku)," ungkap ASH.
Namun, hal yang terlambat disadari oleh ASH, adalah si pelaku joki motor masih duduk di atas motor yang berhenti di depan pagar rumah.
Setelah ASH berada jauh menyusuri halaman teras hingga tiba di depan pintu utama rumah. Pada momen itulah, si pelaku joki motor mulai pergi. Kemudian, disusul oleh seorang pelaku lainnya.
ASH yang akhirnya menyadari bahwa dirinya sedang dikibuli, lantas bergegas berlarian keluar teras rumah dan berusaha mengejar para pelaku.
"Karena mungkin merasa enggak pesan, jadi si tuan rumah enggak keluar. Lalu dia lari (pelaku kaus kotak-kotak), saya teriak maling. Gak nutut," katanya.
Akibat pencurian tersebut, ASH mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah. Apesnya lagi, STNK dan KTP miliknya, tersimpan di dalam bagasi jok motor yang hilang dicuri komplotan maling itu.
Namun, ASH sudah melaporkan kejadian kriminalitas yang dialaminya itu ke markas kepolisian setempat.
"Sudah dilaporkan ke polisi. Tapi STNK dan KTP ada di dalam jok. BPKB ada di desa, 'disekolahkan' (gadai)," jelasnya.