Prasasti Lawadan berangka tahun 1205 Masehi dari raja terakhir Daha untuk warga Thani Lawadan, kini bagian dari Tulungagung. Gelar raja itu sangat panjang: Paduka Sri Maharaja Sarwweswara Triwikrama Watara Nindita Srengga Lancana Digjaya Tungga Dewanama. Nama populernya Sri Kertajaya atau Raja Kertajaya.
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Pemkab Tulungagung telah mempunyai desain cungkup Prasasti Lawadan yang akan ditempatkan di Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bongso.
Prasasti Lawadan adalah prasasti yang dijadikan dasar penetapan hari jadi Kabupaten Tulungagung.
Prasasti ini telah diserahkan PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung (IMIT) sebagai pemilik lama ke Pemkab Tulungagung, November 2023 silam.
Pemkab Tulungagung telah menyelenggarakan sayembara desain cungkup untuk melindungi prasasti ini.
Rencananya prasasti diletakkan di sebelah kandang rusa atau di samping gedung PKK.
Menurut Pj Bupati Tulungagung, prasasti ini diharapkan bisa menjadi sarana pembelajaran bagi pengunjung Pendapa.
Selain itu prasasti ini juga dilihat para tamu yang kebetulan berkunjung ke Pendapa kabupaten.
“Kita buatkan cungkup lebih dulu, lalu kita pindahkan dari museum ke Pendapa,” jelas Heru.
Saat ini Prasasti Lawadan memang disimpan sementara waktu di Museum Daerah Tulungagung.
Namun pembuatan cungkup prasasti ini tidak bisa dikerjakan di semester awal 2024 ini.
Heru beralasan, sebelumnya belum ada desain sehingga belum bisa dianggarkan.
“Sekarang sudah ada desainnya, jadi sudah bisa kita hitung berapa anggaran yang dibutuhkan. Yang pasti tahun ini kita kerjakan,” sambungnya.
Karena APBD Kabupaten Tulungagung sudah ditetapkan, penganggaran bisa dilakukan di perubahan anggaran keuangan (PAK).
Heru yakin, setelah dianggarkan cungkup prasasti akan selesai dikerjakan di sisa waktu tahun anggaran.
Dengan demikian di akhir tahun cungkup sudah siap sehingga prasasti bisa dipindahkan.
“Tahun ini akan kita selesaikan (pemindahan prasasti ke Pendapa),” pungkasnya.
Sebelumnya proses pemindahan Prasasti Lawadan dilakukan tenaga ahli dari Balai Pelestari Kebudayaan Wilayah XI.
Butuh waktu karena perlu kehati-hatian untuk memindahkan prasasti seberat sekitar 1 ton ini.
Seluruh badan prasasti lebih dulu dibalut dengan kain tebal untuk melindungi permukaannya.
Selanjutnya prasasti dibuatkan palet untuk melindungi sekaligus memudahkan pengangkatan.
Setelah diangkat dari pondasinya, prasasti diangkat dengan katrol dan forklift.
Kendaraan pengangkutnya pun dipilih pikap dengan suspensi lembut agar tidak terguncang di jalan rusak.
Kendaraan pengangkut juga berjalan dengan kecepatan sekitar 30-40 km/jam agar tidak mengguncang prasasti.
Menurut data Kemdikbud, Prasasti Lawadan dulunya merupakan penghargaan dari raja Daha terakhir, yaitu Paduka Sri Maharaja Sarwweswara Triwikrama Watara Nindita Srengga Lancana Digjaya Tungga Dewanama atau lebih dikenal dengan sebutan Sri Kertajaya atau Raja Kertajaya.
Sang raja menghargai kesetiaan warga Thani Lawadan ketika terjadi serangan musuh dari sebelah timur Daha.
Prasasti Lawadan bertarikh Saka 1127 atau 1205 Masehi.
Prasasti ini menginformasikan mengenai pemberian status kaswatantran atau perdikan (sima) kepada duwan di desa Lawadan, yang berisi pembebasan dari berbagai pungutan pajak dan penerimaan berbagai hak istimewa
Prasasti Lawadan terbuat dari batu andesit setinggi 152 cm, lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 76 cm, dan memiliki ketebalan 28 cm.
Prasasti Lawadan berbentuk lempeng batu besar dengan bentuk akolade pada bagian atas.
Pada bagian bawah terdapat tonjolan persegi selebar 30 cm yang diduga semacam pasak yang ditancapkan pada batu pasangan di bawahnya.
Sedangkan aksarta dalam Prasasti Lawadan memakai aksara Kawi atau Jawa Kuno periode Jawa Timur awal.
Kondisi aksara pada prasasti sudah banyak yang kabur karena sudah aus.
Berdasarkan pengamatan, terlihat pahatan hurufnya cukup rapi. Huruf terpahat pada batu prasasti membentuk pahatan ke dalam.
Ukuran rata-rata huruf sekitar 1 cm dan kelebaran huruf yang paling lebar sekitar 1,5 cm. Jumlah baris pada bagian depan prasati sebanyak 30 baris, sedangkan pada bagian belakang terdapat sebanyak 28 baris.
Lancana yang ada pada prasasti sudah tidak terlihat lagi karena batu prasasti sudah aus, tapi masih terlihat lokasi penggambaran lencananya, yaitu berupa bulatan dengan diameter sekitar 25 cm secara vertikal dan 29 cm secara horizontal.