Kayu-kayu penyanggah genting dan dinding banyak yang lapuk bahkan ada yang sudah patah.
"Yang paling menakutkan, saat hujan dan angin. Rumah ini seperti mau roboh karena sambil goyang-goyang," ujar Umi Kalsum.
Artikel Kompas.com 'Umi Kalsum Rawat Anaknya yang Lumpuh di Rumah yang Nyaris Ambruk'.
Baca juga: Sosok Intan Idap Kanker Stadium 4 Ketemu Lisa BLACKPINK, 2 Kali Koma dan 29 Kali Kemoterapi Sembuh
Pada bagian atap yang bolong, saat panas, cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.
Begitu pun saat hujan, air masuk membasahi ruangan.
"Kalau hujan, airnya saya tadahi pakai ember agar tidak membanjiri kamar," terang Umi Kalsum.
Sehari-hari, Umi Kalsum selalu dirundung kesedihan dan tangisan melihat kondisi rumahnya.
Kondisi ekonomi yang minus, membuat Umi Kalsum belum mampu memperbaiki rumahnya.
"Sudah berkali-kali pemerintah desa mengajukan bantuan ke pemerintah kabupaten, tapi mungkin karena belum rejeki saya sehingga belum ada sampai sekarang," ungkap Umi Kalsum.
Selain bertahan di gubuk reyot, Umi Kalsum dan suami masih punya beban merawat anak angkat.
Mereka mengangkat anak dari saudaranya yang punya anak kembar.
Namun setelah anak angkatnya berusia 3 tahun, mulai ada kelainan fisik.
Setiap hari kalau menangis, sulit untuk dihentikan.
"Anak angkat saya Nadila ini, dulu kalau nangis berjam-jam karena sulit untuk dihentikan," kenang Umi Kalsum.
Berdasarkan petunjuk tetangganya, Nadila dibawa ke tukang pijat, namun tidak mampu menyembuhkan kebiasaan menangisnya.