Abon rumahan ini selalu habis dibeli konsumen di rumahnya, tidak sampai dijual di pasar.
“Kecuali ada yang pesan suruh bawa ke pasar, baru saya jual di pasar. Tapi biasanya di rumah saja sudah habis,” ucapnya.
Ny Fahmi, warga Kelurahan Jepun, Kecamatan Tulungagung mengaku sudah langganan ke rumah pasangan Sarkamto dan Mujiati.
Setiap kali Idul Adha, daging sapi yang didapat dijadikan olahan abon agar lebih awet dan efisien.
Apalagi dari sisi harga yang dipatok juga masih tergolong sesuai dengan hasil yang didapat.
“Olahan daging sapi jadi lebih tahan lama, bisa dijadikan stok. Selain itu juga praktis bisa dibawa kemana-mana,” ucapnya.
Sementara Ny Sukat, warga Desa Beji, Kecamatan Boyolangu mengaku baru pertama kali membawa daging kurban ke dapur Sukanto dan Mujiati untuk dijadikan abon.
Sukat mengaku sudah lama mendengar jasa pembuatan abon ini, namun baru tahun ini benar-benar order.
Mengolah daging kurban menjadi abon menjadi salah satu pilihan agar lebih variatif.
“Sebelumnya sudah masak daging, terus ini mau dijadikan bentuk lain. Dijadikan abon supaya lebih awet,” katanya.
Proses Produksi
Untuk membuat abon hanya dipilih daging yang baik, tanpa ada lemak.
Menurut Sarkamto, jika ada lemaknya maka hasilnya abon tidak bisa kering.