“Setelah dipres abonnya kan masih menggumpal, makanya harus diaduk-aduk biar mengembang. Kalau kebanyakan gula juga tidak jadi, lengket karena karamel,” ungkap kakek 5 cucu ini.
Abon buatan Sarkamto dan Mujiati rasanya gurih mesti tanpa penyedap rasa.
Teksturnya mirip serundeng tapi kasar, saat dimakan terasa renyah.
Jika disimpan, abon rumahan ini bisa tahan lebih dari 1 bulan.
Pasangan ini kerap juga banyak menerima pesanan saat menjelang musim haji.
Abon buatan mereka dijadikan bekaL selama di tanah suci, untuk mengantisipasi menu yang tidak cocok di lidah jamaah haji asal Tulungagung.
Abon buatannya juga banyak dibawa para pekerja migran ke berbagai negara.
“Ada yang dibawa ke Korea, ada juga yang dibawa ke Amerika. Kebetulan keluarganya ada yang di sana, pesan dibawakan oleh-oleh,” pungkas Sarkamto.
(David Yohanes)