Tiga nama di jarak di bawah 100 meter itu hilang dalam daftar siswa yang diterima di jalur zonasi.
Sementara satu siswa dengan inisial WA berubah 'jarak' dari 75 meter menjadi berjarak 213 meter.
Nama siswa lainnya, KA justru berulang kali mengalami perubahan jarak.
Di hari pertama, rumah KA berjarak 94 meter.
Namun di hari kedua, rumahnya tiba-tiba berubah berjarak hanya 3 meter dari sekolah.
Lalu terakhir jaraknya berubah menjadi 179 meter.
Hery Widodo, salah satu pegiat pendidikan, anggota Dewan Pendidikan Tulungagung mengaku heran dengan perubahan ini.
Menurutnya, dengan sistem komputerisasi seharusnya jarak rumah ini tidak berubah jika sudah diinput.
“Begitu diinput, datanya seharusnya sudah terkunci. Jadi jarak ini yang diadu dengan data siswa yang dimasukkan berikutnya,” jelas Hery.
Hery mempertanyakan perubahan ini, karena dimungkinkan terjadi karena cawe-cawe manusia.
“Tidak mungkin perubahan itu by system. Pasti ada orang yang dengan sengaja mengubahnya,” tegas Hery.
Salah satu pengacara kondang Tulungagung ini menerangkan, titik azimut sudah ada ketika siswa mengambil PIN pendaftaran.
Jadi, saat siswa mendapatkan PIN jarak rumah ke sekolah sudah dikunci.
Dengan demikian azimut itu tidak mungkin berubah jika tidak diotak-atik manusia.