SURYAMALANG.COM, MALANG - Sopir angkutan kota (angkot) berharap Pemkot Malang bisa membantu mereka meningkatkan pendapatan.
Kondisi pendapatan para sopir angkutan kota saat ini cukup sulit, dalam sehari bisa jadi tidak ada pemasukan.
Ketua Paguyuban Sopir ABB, Hari Wahono bercerita, betapa sulitnya pekerjaan sopir saat ini untuk dijadikan pegangan kebutuhan ekonomi.
Tiga hari yang lalu, ia mengantar rombongan penumpang ke tempat wisata dengan tarif Rp 300 ribu.
"Setelah itu, tidak ada pemasukan lagi sampai tiga hari ini."
"Ya, kuncinya itu sebetulnya pendapatan secara harian. Pendapatan saat ini sudah tidak mencukupi," kata Wahono saat ditemui SURYAMALANG.COM di Terminal Arjosari, Selasa (9/7/2024).
Wahono menyebutkan, pendapatan sopir angnkutan kota saat ini sudah tidak layak. Jauh dari standar rata-rata kebutuhan hidup.
Namun karena sebagian orang menganggap sopri sebagai sebuah profesi, maka mereka masih tetap mengendari angkutan kota untuk melayani penumpang seadanya.
"Tapi karena ini profesi ya masih kami lakukan. Kami tidak konsentrasi di jalur, tapi juga mengantar pesanan seperti wisata."
"Kalau teman-teman ada upaya lain seperti jualan, buka jasa. Kalau mengandalkan sopir tidak mampu," ujar Wahono yang telah menyopir angkutan kota sejak 1997.
Wahono berharap Pemerintah Kota Malang dapat mencari solusi karena angkutan kota bagian dari pelayanan publik.
Wahono pasrah terhadap segala kebijakan yang diterapkan Pemkot Malang sepanjang dapat membantu menstabilkan pendapatan.
"Sebetulnya pemerintah itu, ya dulukan memang baik. Angkutan itu baik dulu, ada peremajaan."
"Lalu muncul bis sekolah, transportasi online, kami pun terpuruk saat pandemi."
"Program pemerintah seperti apa, apapun program jangan mempersulit kebutuhan kami. Itu kuncinya. Jadi kami jangan dipersulit karena kami melayani masyarakat," ungkapnya.