SURYAMALANG.COM, MALANG - Dua layanan inovasi dari SMPN 2 Kota Malang dan SMPN 13 Kota Malang masuk ke dalam lima besar kompetisi yang diadakan Kemenpan RB.
Kegiatannya yakni Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI) Pelayanan Publik Tahun 2024. Dua SMPN itu masuk dalam 5 Terbaik Inovasi Kelompok Replikasi Inovasi Kluster Kota yang diumumkan pada 29 Juli 2024.
Sedangkan dua inovasi yang diajukan lainnya di PKRI dan sudah ikut tahap presentasi dan wawancara, yakni Belajar Menyenangkan Bersama Siswa Spesial (Benang Mass) dari SMPN 3 Kota Malang dan Spenturo Ramah Inklusi (Serasi) dari SMPN 20 Kota Malang.
"Pemkot Malang mewajibkan semua lembaga pendidikan mulai TK, SD dan SMP waijb menerima anak berkebutuhan khusus tanpa kecuali dengan menyesuaikan kekhususannya," kata Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana, Rabu (31/7/2024).
Asal kekhususan itu tidak membutuhkan alat atau bantuan alat seperti di SLB, maka sekolah bisa mengajarinya.
"Semua tinggal kemauan guru dan kasek. Tak alasan sekolah tidak melakukan itu misalkan karena tidak punya GPK (Guru Pendamping Khusus)."
"Makanya, pelaksanaan di Kota Malang menerapkan tanpa GPK bisa menangani anak istimewa asal tidak punya kendala intelektual," lanjutnya.
Misalkan di SMPN 2 juga ada layanan sahabat anak yang bisa membantu siswa berkebutuhan khusus agar tidak minder.
Di SMPN 13 dan SMPN 20 juga ada inovasi. Sudah dua tahun terakhir ini, inovasi bagi siswa ABK diakui secara nasional lewat kompetisi dan diterapkan di sekolah negeri. Jumlah siswa berstatus anak berkebutuhan khusus (ABK) di SMPN 2 dan 13 sekitar 20-25 persen.
Di SMPN 10 mencapai 50 persen yang terjaring dari PPDB zonasi karena sistemnya online jadi tidak tahu persis kondisi calon siswa. Biasanya diketahui setelah sekolah mengadakan tes psikologi.
Terkait penambahan fasilitas karena sekolah negeri ada ABK, diakui Suwarjana belum ada tambahan khusus.
"Sementara ya itu aja. Mungkin nanti ya," kata dia.
SMPN 2 mengusung inovasinya dengan nama Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (SIMBA ASIA). Sedang di SMPN 13 mengembangkan metode pembelajaran bertajuk Layanan Siswa Istimewa Galas Berwirausaha (NASI TIGA BERAS).
Kedua inovasi pembelajaran ini merupakan jawaban atas kebutuhan pembelajaran diferensiasi bagi siswa istimewa.
Penerapan kedua metode tersebut berkiblat pada kurikulum nasional yakni Merdeka Belajar yang diharapkan bisa melayani anak spesial sehingga bisa tumbuh secara optimal.
Sedangkan inovasi NASI TIGA BERAS, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum & Guru BK SMPN 13 Kota Malang, Sinthian Susan MP, menjelaskan gagasan ini sudah muncul sejak 2022.
"NASI TIGA BERAS merupakan sebuah inovasi pembelajaran kontekstual dan kewirausahaan bagi siswa istimewa," kata Sinthian.
Siswa selain diberi materi yang dikaitkan dengan situasi kewirausahaan. Juga melatih siswa untuk menghasilkan produk. Sebagai contoh, sekolah memberikan keterampilan membuat telur asin juga beternak ayam ras.
Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri para siswa inklusi bahwa mereka juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri.
"Bagaimana pun keadaannya, pasti mereka punya potensi di bidangnya. Mereka berhak mendapat pendidikan tanpa perbedaan."
"Berbekal asesmen diagnostik non-kognitif berupa tes psikologi serta identifikasi bakat dan minat terhadap siswa inklusi, maka lahir inovasi ini," imbuhnya.