SURYAMALANG.COM, MALANG - Panjangnya durasi pengobatan serta efek samping, menjadi tantangan dalam penyembuhan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO). Namun, kini tantangan tersebut bisa diatasi.
Dimana pengobatan TBC RO dapat dipersingkat menjadi enam bulan dengan regimen Bedaquiline, Pretomanid, Linezolid, dan Moksifloksasin (BPaLM).
Baca juga: Belum Ada Penderita Berobat Metode BPaL/M di RSUD Kanjuruhan, Padahal Bisa Layani Pengobatan TBC RO
Selain lebih singkat, efek samping pengobatan juga dapat dikurangi dengan regimen ini.
Dengan hal tersebut, diharapkan mampu meningkatkan tingkat kesembuhan pada pasien.
Menanggapi hal itu, Ketua Tim TB Dots RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, dr. Rezki Tantular, SpP(K) menjelaskan secara detail terkait TBC.
"Jadi, TBC atau juga disebut dengan TB ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis dan utamanya menyerang paru-paru. Penyakit ini menular namun dengan pengobatan yang tepat, maka bisa disembuhkan," ujar rRezki, Senin (16/9/2024).
Ia menjelaskan, bahwa pasien TBC itu terbagi menjadi 2 jenis. Yaitu pasien TBC yang sensitif dengan obat dan pasien TBC resisten dengan obat (TBC RO).
"Untuk yang sensitif obat, pengobatannya bisa dilakukan di Puskesmas dengan obat tablet 4 FDC. Sedangkan untuk yang TBC RO, harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk didiagnosa lebih lanjut," jelasnya.
Untuk pasien TBC RO ini, pengobatannya dapat menggunakan regimen BPaLM.
"Jadi, BPaLM adalah regimen pengobatan TB RO. Dan TB RO ini adalah TB yang resisten terhadap obat Rifampicin dan atau Isoniazid,"
"Yang menentukan regimen BPaLM tersebut, adalah tim ahli klinis setelah melakukan diagnosa pada pasien," bebernya.
Untuk di RSSA sendiri, lebih banyak menangani pasien TBC dengan komplikasi.
"Di RSSA ini, juga sebagai rumah sakit rujukan sehingga pasien TB bukan hanya dari Malang saja. Dan kasus TB di rujukan tertinggi itu hanyalah yang dengan komplikasi,"
"Sehingga, pasien TB yang masuk ke kami dengan kondisi paru-parunya sudah rusak atau dengan komplikasi penyakit lainnya. Jadi, bukan kasus medis yang sederhana," bebernya.
Rezki juga menambahkan, bahwa pola dan gaya hidup yang bersih dan sehat menjadi upaya dalam mencegah TBC.
"Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh, berolahraga secara rutin, tidak merokok, tidak membuang dahak atau meludah di sembarang tempat, dan terapkan etika batuk saat batuk atau bersin," tandasnya.