"Dan karangan bunga yang kemarin memang bentuk ekspresi dari teman-teman, bentuk ekspresi dari teman-teman Kementerian Politik dan Kajian Strategis dan itu memang di bawah BEM FISIP," ungkap Tuffa.
Baca juga: Alumni Unair Prihatin BEM Fisip Unair Dibekukan Buntut Seni Satire Prabowo-Gibran, Harusnya Bangga
Tuffa pun mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan BEM Se-Unair dan juga BEM FISIP Se-Indonesia yang terus mengeluarkan solidaritas dan mendukung kebebasan berpendapat BEM FISIP Unair.
Kedepannya BEM FISIP bertekad untuk tetap kritis, tegak, dan tetap berani menyampaikan kritiknya pada pemerintah.
"Untuk pemilihan diksi dan lain-lain itu nanti urusan lain," pungkas Tuffa.
Alasan Pembekuan Dicabut
Dani Achmad Wiraharmana, Dirjen Kajian Strategis BEM FISIP mengungkapkan penetapan pembekuan BEM FISIP ini masih menjadi pertanyaan bagi pengurus BEM.
Pasalnya tidak ada keterangan lebih lanjut pelanggaran mana yang dilakukan oleh BEM FISIP Unair dalam menyampaikan kritiknya.
"Prof Bagong (Dekan FISIP) memang mengundang audiensi agar bisa menemukan titik tengah dari pembekuan ini" ujar Dani.
"Jika tidak ada titik tengah tentunya kami akan melakukan kajian lagi," lanjutnya.
Menurut Dani, dengan pembekuan BEM maka akan merugikan mahasiswa karena banyak kegiatan yang selama ini diikuti mahasiswa.
Namun, menurut Dani sebelum memulai pertemuan, Dekan FISIP Unair, Prof Dr Drs Bagong Suyanto MSi sempat menjelaskan sekilas jika pembekuan ini bukan pada lembaga tetapi pada fungsional pengurus BEM yang dianggap bertanggung jawab atas pemasangan karangan bunga.
Alasan Buat Karangan Bunga
Sebelumnya, Presiden BEM Fisip Unair, Tuffahati Ullayyah menyebut pihaknya konsisten mengkaji soal isu pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
Langkah itu dilakukan selama satu periode kepengurusan kabinet Panca Aksara BEM FISIP Unair.
Tuffahati Ullayyah menyebut jika mereka sudah memegang kajian ilmiah meski belum mereka publikasikan.