SURYAMALANG.COM - Kisah Salma anak pemulung berhasil masuk UI menjadi kebanggaan keluarganya.
Salma diketahui berhasil masuk UI atau Universitas Indonesia di jurusan Teknik Metalurgi.
Sumarni sang ibu bangga dengan pencapaian putrinya.
Pasalnya, dulu ia dihina tetangga.
Melansir dari TribunBogor, Salma yang masih berusia 19 tahun punya mimpi tinggi sejak masih duduk di bangku sekolah.
Diungkap Sumarni, putrinya memang selalu bersemangat untuk belajar.
Bahkan saat kondisi kesehatannya menurun, Salma tak sekalipun ingin bolos sekolah.
Hal tersebut diceritakan Sumarni saat didatangi oleh dosen ITB sekaligus konten kreator pendidikan bernama Imam Santoso.
Baca juga: Harta Hakim Stevie Rosano Disorot Usai Tolak Eksepsi Guru Supriyani, Masih Muda Punya Harta Rp 2 M
Kepada Imam, Ibu Sumarni menceritakan perjuangan Salma yang belajar keras sejak kecil.
"Jadi walaupun sakit badan panas, mba Salma tetap belajar?" tanya Imam Santoso.
"Iya, sampai muntah-muntah," ungkap Sumarni.
"Sampai badannya panas aja, (Salma) enggak mau libur dulu sekolah," sambungnya.
Lebih lanjut bercerita, Sumarni tampak bangga akan cita-cita sang putri.
Untuk diketahui, Ibu Sumarni adalah pengepul sampah yang biasa memilah mana sampah plastik, karton dan logam.
Ternyata profesi sang ibu itulah yang membuat Salma punya cita-cita tinggi.
Salma sejak SMA ingin masuk jurusan Teknik Metalurgi karena mau membantu negeri ini mengatasi masalah sampah plastik dan metal.
Baca juga: Akhir Kisah Guru Marsono Dipolisikan Wali Murid yang Viral, Lega Tak Bayar Uang Damai Rp 30 Juta
Tak cuma bercita-cita, Salma juga ikut andil dalam pekerjaan sang ibu yakni memilah sampah plastik di rumahnya.
Hal itu terlihat dari kepiawaian Salma saat membantu sang ibu memilah sampah yang diambil ibunya.
Berkat usaha, belajar keras, dan doa sang ibu, Salma akhirnya berhasil lolos menjadi mahasiswi Universitas Indonesia.
Cita-cita Salma itu nyatanya tak lepas dari rintangan.
Diungkap Sumarni, ia sempat diremehkan tetangga karena bersemangat menyekolahkan anaknya hingga lolos UI.
Sembari menangis, Sumarni menceritakan kalimat tetangganya yang meremehkannya.
"Sedih saya (dicibir tetangga) 'emang mampu nyekolahin anaknya di UI?'. Dalam hati saya ya harus mampu ya, namanya orang tua, pokoknya apaan aja dilakuin," kata Sumarni.
Tangis dan doa Sumarni yang dicibir tetangga itu rupanya didengar Tuhan YME.
Sebab kini, Salma berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk berkuliah di UI hingga lulus.
Kisah hidup Salma yang merupakan anak pemulung tapi berhasil mewujudkan cita-citanya itu sukses membuat publik terharu sekaligus bangga.
Ribuan netizen turut mendoakan untuk keberhasilan Salma di masa depan.
"Org tua nya hebat sekali,pasti beliau org tua yang pandai membesarkan hati Salma, menguatkan mental Salma sehingga Salma tumbuh jadi anak yang hebat,cerdas dan kuat pendirian nya seperti skrg ini. Sungkem,'
"Semoga anak-anak kita semua punya tekad dan semangat belajar seperti mbak Salma ini,"
"Masya Allah mba Salma kamu keren banget,"
"Salma... Semoga kamu selalu diberikan kelancaran dan kemudahan dalam mencapai sukses ya,"
"Semoga bu Sumarni sehat2 selalu ..ibu yg tegar dan kuat..semoga Mbak Salma menjadi orang yg sukses dunia dan akhirat dan menjadi anak yg sholiha..Aamiin,"
Baca juga: Viral Perjuangan Peserta CPNS Ikut Tes SKD dengan Tubuh Penuh Luka, Ternyata Kecelakaan 2 Hari Lalu
Sebelumnya juga viral sosok M Ikram, anak pemulung yang bisa mewujudkan impian menjadi polisi.
M Ikram termasuk bintara yang dilantik oleh Kapolda Kepri Irjen Andap Budhi Revianto di SPN Tanjungbatu, Kepri, Senin (4/3/2019).
M Ikhram mengisahkan, saat mengenyam pendidikan di bangku Sekokah Menengah Pertama (SMP), mulai terbesit keinginan kelak ingin menjadi polisi.
Mimpi itu pun terus tertanam dihati.
Namun, mimpi tersebut kadang kala sirna dan muncul kembali seakan tidak yakin lantaran latar belakang orang tua yang kesehariannya bekerja sebagai pemulung.
Ini cerita M.Ikram(19) yang tinggal di kawasan Punggur, Kecamatan Nongsa, Batam yang bercita cita menjadi seorang polisi.
Saat pulang menuntut ilmu di SMKN 6 Batam, Ikram langsung bergegas membantu sang ibu bernama Kamsinah (54) memulung.
Dengan memilah- milah sampah yang masih bernilai ekonomis.
Hal itu selalu Ia kerjakan demi menghidupi kekuarganya.
Terang saja, Ayah yang menjadi tulang punggung keluarga sudah lama tiada.
Kakaknya Imah (31) yang sudah berkeluarga juga tidak bisa sepenuhnya membantu untuk pencukupan kehidupan sehari hari.
Saat pembukaan penerimaan Polri sudah ramai diberitakan. Ikram pun langsug mencoba untuk mendaftar.
Dengan bermodal hanya Rp 300 ribu saja, Ikram pun mulai melengkapi adminitrasi pemberkasan.
"Pokoknya saya optimis saja, ini perjuangan meraih mimpi menjadi polisi. Uang cuman ada Rp 300 ribu buat modal pengurusan berkas," sebutnya menceritakan.
Mulai dari pendaftaran, pengecekan berkas, hingga tahapan demi tahapan yang diikuti, tidak satupun membuat langkah Ikram terhenti, hingga ahkirnya Ikram masuk sebagai calon siswa Bintara yang akan mengikuti pendidikan di SPN Polda Kepri di Tanjungbatu.
Hingga sampailah pada Senin (4/3/2019) M.Ikram telah resmi dilantik Kapolda Kepri Irjen Pol Andap Budhi Revianto menjadi Bintara Polri Perbatasan bersama 160 Bintara lainnya.
"Alhamdulilah, mimpi saya sudah jadi kenyataan. Walaupun sebagai anak pemulung, tidak menutup kemungkinan bisa menjadi seorang polisi," sebutnya bangga atas perjuangannya.
Kamsinah pun tak mampu berkata apa apa atas kesuksesan sang anak. Ia hanya menyampaikan, rasa bangga kepada anak bungsu yang sudah menaikan derajat orang tuanya.
"Saya senang dan bangga, gak menyangka bisa jadi polisi," ucapnya sambil menitihkan air mata yang perlahan turun melewati pipih kanan dan kirinya.
Sedangkan sang kakak Imah mengatakan, hingga saat ini, masih merasa seperti mimpi apa yang sudah diraih sang adik.
"Jujur sampai sekarang masih mimpi. Beneran apa tidak ini. Katanya kan masuk polisi itu mahal, dan harus punya modal besar, kita modalnya mulung sampah aja," sebutnya yang masih tidak menyangka.
Dikatakannya, ini membuktikan bahwa tahapan seleksi penerimaan anggota Polri murni sesuai kemampuan penilaian. Tidak menggunakan sogokan, atau dekingan.
"Saya juga kemarin kemarin, dibilangin tetangga sama kawan kawan, percuma aja Ikram ikut, harus siapin modal besar kalau mau jadi polisi. Tapi ini saya buktikan, masuk polisi bukan pakai uang, tapi pakai niat, doa dan kerja keras. Jangan percaya omongan orang, kami sudah buktikan," tegasnya.
Saat usai dilantik, sang ibu dan kakak langsung memeluk Ikram.
Dengan spontan, Ikram pun langsung menekukan lutut kedasar tanah, bersujud di kaki sang Ibu mengucapkan rasa terimakasih atas doa dan dukungan yang tak hentinya dipanjatkan kepada sang anak, dengan tangis haru kebahagiaan.