Bhisma mengakui kalau dirinya sempat grogi saat menjalani ritual dalam film tersebut.
Sebab, ritual yang dilakukan dibuat semirip mungkin yang lengkap dengan pembacaan mantra.
"Ya ritual-ritual itu yang membuat saya berkesan,"
"Karena jujur, itu seram banget, dan katanya mantra yang dibacakan itu beneran," ucapnya.
Pengalaman mistis lainnya juga dialami oleh Kukuh Prasetyo yang berperan sebagai penjual kopi dalam film tersebut.
Kukuh mengakui, kalau sempat merasa seperti diikuti makhluk halus, di lokasi yang menjadi tempat dia berjualan kopi.
Dalam film tersebut, Kukuh berjualan kopi di sebuah warung dengan suasana pedesaan yang lokasinya tak jauh dari lebatnya pepohonan bambu.
Warung tersebut juga terbuat dari kayu yang sudah lapuk.
Hal tersebut semakin membuat kental aroma mistis saat berada di warung tersebut.
"Saya merasa ya kayak ada yang ngikutin saya di ruang tunggu,"
"Terutama di area dapur,"
"Meski saya tidak bisa melihatnya, tapi saya bisa merasakan," tandasnya.
Singkat cerita, film Danyang Mahar Tukar Nyawa lebih melekat kepada kisah cinta terlarang yang mengundang teror.
Setelah Galang memilih untuk melakukan pesugihan dia dibantu oleh dukun Ki Randu (Egi Fedly).
Galang akhirnya membuat perjanjian dengan Danyang, roh penunggu yang dapat mengabulkan permintaan dengan syarat menuntut nyawa sebagai tumbal.
Teror mulai muncul ketika nyawa Resti berada dalam ancaman kutukan Danyang.
Sementara Dasmi (Wulan Guritno), ibu Resti, berjuang keras melindungi anaknya.
Konflik antara cinta, harapan, dan keputusasaan ini menjadikan Danyang Mahar Tukar Nyawa bukan hanya film horor penuh ketegangan, tetapi juga kisah drama tentang pengorbanan dan cinta seorang ibu.