SURYAMALANG.COM, MALANG - Satuan Gugus Tugas Penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS) Kota Malang melaporkan jumlah anak tidak sekolah yang terdata saat ini mencapai 3.468 anak. Jumlah itu turun dari angka sebelumnya yang mencapai 5.655 anak.
Pj Wali Kota Malang, Iwan Kurniawan, tidak ingin berpuas diri. Ia menginstruksikan agar tim tetap tancap gas hingga mencapai target nol di Kota Malang.
Ia mengapresiasi komitmen dan progres kinerja Satgas. Dari yang semula lima ribu lebih ATS kini berhasil turun menjadi 3.468 orang.
Tetapi, menurutnya, capaian itu tidak boleh membuat Pemkot Malang berpuas diri.
"Kita harus tetap konsisten dengan terus bekerja keras dan berkolaborasi hingga mencapai zero ATS di Kota Malang," urai Iwan Kurniawan, Selasa (14/1/2025).
Dari laporan yang diterima Iwan, sebanyak 1.092 ATS telah terverifikasi alasan mereka tidak bersekolah.
Mayoritas alasan yang ditemukan adalah karena anak-anak tersebut bekerja, tidak ingin bersekolah, dan beberapa alasan lainnya. Sedangkan, sebanyak 2.376 ATS datanya masih belum terverifikasi.
Pemkot Malang akan melakukan pertemuan dengan stakeholder terkait seperti Kemenag maupun Cabang Dinas Pendidikan untuk melaporkan progress dan keterangan terkait 2.376 anak tersebut.
Pemkot Malang membutuhkan data yang akurat agar intervensi tepat sasaran.
"Dengan data yang tepat, kita bisa melakukan identifikasi secara akurat dan intervensi yang dilakukan bisa tepat dan terukur. Harapannya target tercapai secara efektif," tegas Iwan.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Malang, Joko Nunang mengatakan, pendidikan terhadap anak-anak sangat penting karena dapat membentuk pola dan perilaku untuk masa depannya. Dijelaskan Nunang, lingkungan yang harmonis bisa membentuk karakter anak.
Ia mendorong agar program memutus angka anak tidak sekolah bisa menyentuh nol. Lembaga Perlindungan Anak juga mengingatkan agar anak-anak yang kembali ke sekolah tidak mendapatkan perundungan.
Hal itu dinilai penting karena dalam beberapa laporan kasus, perundungan mengakibatkan anak tidak bersemangat berangkat sekolah.
Di sisi lain, ia juga mendorong agar guru bisa menjadi orangtua bagi anak-anak tanpa ada kesan jarak di antara keduanya. Kondisi lingkungan sekolah yang aman dan nyaman akan mendorong kreativitas anak.
"Ketika anak dan pendidiknya tidak ada jarak, maka pendidik menganggap dia adalah anak sendiri. Jangan dianggap anak adalah seorang murid," katanya.