SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Masalah ketenagakerjaan masih menjadi prioritas untuk diselesaikan Pemkot Surabaya.
Selain meningkatkan kesejahteraan pekerja, Pemkot Surabaya juga terus berupaya menurunkan angka pengangguran di Kota Pahlawan melalui momentum Hari Buruh Internasional yang diperingati tiap 1 Mei.
Pada tahun 2024, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Surabaya menyisakan 4,91 persen (TPT level terendah dalam periode 2001–2024).
Mengacu Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), TPT di Surabaya masih didominasi oleh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP dan SMA sederajat.
Meskipun jumlah penduduk di Surabaya terbesar di Jatim, namun angka pengangguran tersebut masih di bawah beberapa daerah dalam aglomerasi seperti Gresik, Sidoarjo, dan Bangkalan, hingga kota besar lain seperti Jakarta dan Bandung.
Sekalipun demikian, Wali Kota Eri tak berpuas. Sebagai dinas yang mengampu ketenagakerjaan, Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja diminta untuk ikut menurunkan angka pengangguran secara lebih signifikan atau di angka 3,5 persen.
"Kami menargetkan pengangguran ini bisa terus menurun. Keberhasilan dalam penurunan ini mencerminkan keberhasilan dalam penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat," kata Wali Kota Eri di Surabaya.
Pada strategi penanganan pengangguran, Dinas diminta menyinkronkan angka pengangguran dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan data riil di masyarakat.
Melalui aplikasi Cek-in Warga sebagai platform validasi data kependudukan, Pemkot dapat mengetahui alamat pendidikan, usia, himgga jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan.
Sinkronisasi data tersebut akan menjadi dasar terhadap intervensi yang diberikan.
"Sehingga, kita bisa melihat berapa yang jumlah umur 15 tahun, berapa yang umur produktif. Selanjutnya, bisa dihubungkan dengan tempat perkejaan di Surabaya, mall, hotel, rumah makan,atau toko modern lainnya," kata Cak Eri.
Penyediaan lapangan pekerjaan sekaligus memberikan perhatian pada penyelesaian kemiskinan dan ketimpangan ekonomi.
Pada tahun 2024, ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin (gini ratio) di Kota Surabaya menurun menjadi 0,381 (ketimpangan sedang).
Menjawab tantangan tersebut, Disperinaker Surabaya telah menyiapkan sejumlah upaya dalam meningkatkan taraf ekonomi pekerja sekaligus menyerap tenaga kerja di Surabaya. Di antaranya, melalui penyerapan tenaga kerja pada keluarga miskin.
Pada 2024, program ini telah menyasar 256 orang dengan menggandeng sektor usaha lokal.
Sedangkan untuk pencari kerja umum disalurkan pada program ASSiK (Arek Suroboyo Siap Kerja) yang di antara kegiatannya job fair serta link and match perusahaan dengan menjangkau 5.595 pencari kerja.
Untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan pekerja, Pemkot Surabaya juga meningkatan kompetensi bagi 752 orang pencari kerja pada 2024.
Di tahun yang sama, Disperinaker juga melakukan sertifikasi keahlian bagi 703 orang di bidang administrasi perkantoran, akuntansi dasar, barista, kepariwisataan, teknologi dan informasi, desain grafis, fotografi, otomotif, make- up artist, perhotelan, public relation dan sebagainya.
Kepala Disperinaker Surabaya Achmad Zaini menambahkan, pemberian fasilitasi link and match melalui program ASSiK (Arek Suroboyo Siap Kerjo) juga telah dilaksanakan sebanyak 5 kali di tahun 2024.
Selain itu melalui pelaksanaan job fair, sebanyak 1.476 peserta/pengunjung mengakses fasilitasi ini dan sebanyak 324 orang diterima di perusahaan/lembaga yang berpartisipasi dalam acara ini.