Dan, itu tak sesuai dengan janji Wahyu, saat jadi Pj dulu, yang siap membuatkan sumur artesis ketika warga akan menutup jalan masuk ke TPA itu.
"Iya, memang hasil sidak kemarin itu seperti itu (DLH Kota Malang), berdalih nggak berani menganggarkan buat pengadaan sumur artesis," ungkap Ahmad Zulfikar yang biasa dipanggil Afi itu.
Bukan cuma Tekat yang emosi, namun Abah Sukir, tokoh masyarakat Desa Pandanlandung, juga mengaku gemes dengan pernyataan Noer Rahman itu.
Jika tak percaya penderitaan warga yang terdampak pencemaran limbah, lanjut dia, pegawai DLH datang siang hari ke desa yang terdampak limbah itu, biar merasakan dikerubungi lalat yang suaranya juga bikin bergidik itu.
"Wong, PAD TPA sebanyak itu (Rp 25 miliar per tahun dan belum pendapatan lain-lain), masa buatkan warga sumur artesis Rp 300 juta saja, dibuatkan aturan yang tak bisa."
"Pak Wali Kota itu kan mantan Sekda Kabupaten Malang mestinya pahamlah sama penderitaan kami."
"Wong, pencemaran ini terjadi sudah lama atau saat dirinya masih jadi kepala dinas PU dulu," tuturnya.