Ojek Online di Malang Adem Ayem Tak Ikut Aksi Nonaktifkan Aplikasi, Komunitas Sebut Situasi Kondusif

Penulis: Benni Indo
Editor: Dyan Rekohadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OJOL MALANG - Pengemudi ojek online (ojol) berkendara di tengah hujan di kawasan Jalan Kartanegara, Kota Malang, Senin (19/5/2025). Diperkirakan pada Selasa (20/5/2025) besok puluhan ribu ojol akan melakukan aksi demo dengan mematikan aplikasi.

SURYAMALANG.COM, MALANG – Di tengah seruan aksi nasional para pengemudi ojek online untuk menonaktifkan aplikasi sebagai bentuk protes terhadap tingginya potongan dari perusahaan platform, para pengemudi di Kota Malang memilih bersikap tenang.

Mereka tidak mengikuti gerakan serupa yang ramai terjadi di Jakarta dan Surabaya.

"Perihal besok memang ada demo yang diinformasikan secara besar-besaran. Tapi kalau di Malang sendiri relatif adem ayem," kata Andra Widi Utama, Ketua Komunitas Gojek Malang Raya (KGMP), Senin (19/5/2025).

Menurut Andra, memang ada sejumlah pengemudi di Malang yang menunjukkan simpati terhadap aksi nasional.

Namun, jumlahnya tidak signifikan dan tidak sampai mengganggu operasional. 

"Ada beberapa pergerakan, tetapi tidak signifikan seperti di Surabaya. Kalau dari rekan-rekan ada yang ikut partisipasi, tapi sebagian besar saya lihat adem ayem. Jangan sampai ganggu yang kerja,” ujarnya.

Andra menjelaskan bahwa tuntutan para pengemudi ojek online di berbagai daerah pada dasarnya serupa, yaitu meminta agar potongan dari aplikasi tidak lebih dari 20 persen.

Ia menilai angka 20 persen itu masih bisa dipahami secara logis, terutama jika merujuk pada pembagian yang sudah diatur oleh Kementerian Perhubungan, yakni 15 persen untuk aplikasi dan 5 persen dikembalikan untuk program mitra.

“Kalau ditelaah lagi, nilai 20 persen itu logis. Logisnya itu karena biaya maintenance, biaya support untuk publikasi, dan lain-lain. Swadaya untuk mitra. Itu sudah mengacu di peraturan Kemenhub,” jelas Andra.

Namun, ia juga mengakui bahwa banyak mitra pengemudi yang sering merasakan potongan di atas 20 persen.

Hal itu, menurutnya, disebabkan kurangnya pemahaman tentang struktur potongan yang dikenakan.

“Sering mendengar potongan di atas 20 persen. Artinya, menurut saya butuh pemahaman yang lebih. Ada penjelasan yang masuk akal, namun sejauh ini tidak tersampaikan dengan baik,” ungkapnya.

Andra juga menyoroti berbagai fasilitas yang disediakan oleh Gojek melalui program Swadaya, seperti perlindungan BPJS Ketenagakerjaan, asuransi kecelakaan hingga program sembako murah dan bengkel mitra.

Menurutnya, fasilitas ini bisa membantu meringankan beban para pengemudi.

“Selama ini yang perlu untuk kesejahteraan mitra, setidaknya dikembalikan dalam bentuk program seperti beasiswa atau pelatihan untuk keluarga mitra Gojek. Itu mungkin lebih diaktifkan kembali,” pungkas Andra. (Benni Indo)

Berita Terkini