Sebelumnya ia memiliki basic sebagai atlet Taekwondo. Beberapa prestasi juga ia raih. Mulai dari mjuara dua kejuaraan tingkat provinsi hingga juara satu di kejuaraan tingkat kampus.
"Tertarik dengan Hapkido baru satu tahun karena ada bantingannya. Sebelumnya di Taekwondo itu nggak ada kaya kurang seru aja. Tapi meski begitu realitanya yang dipakai juga tendangan Taekwondo sih," ujarnya.
Perempuan yang kuliah jurusan Sastra Jerman di UM itu mengaku hampir setiap hari menghabiskan waktunya untuk berlatih. Mulai latihan dasar hingga sparing dengan lawan.
Bahkan ia harus menyetorkan ke pelatih bahwa ia telah berlari kurang lebih 5 kilometer tidak lebih dari 30 menit. Semua ini ia lakukan setiap malam.
Selain itu, untuk menjaga kondisi tetap fit, perempuan berhijab itu juga menjaga asupan makanan.
Ia menghindari makanan pedas serta minuman es. Kemudian 2 kali dalam seminggu ia mengkonsumsi kuning telur ayam kampung mentah.
"Latihan fisik itu yang penting sih setiap harinya," tuturnya.
Tak hanya mempersiapka fisik, Imani juga meminta doa restu dari orang tuanya. Meskipun pada saat pertandingan ia tak didampingi oleh orang tuanya.
Alasan Imani tak ditemani orang tua memang karena permintaanya. Bukan karena jarak antara rumah dengan tempat pertandingan yang jauh.
Bahkan lokasinya pun masih di satu kecamatan.
"Nggak, saya larang, takut nggak sesuai ekspektasi," tegasnya dengan sipu malu.
Namun pada kenyataanya, Imani berhasil menyabet emas.
Akan tetapi ini bukanlah puncak dari segala kemenangannya. Imani berharap ke depan ia bisa melanjutkannya ke Pekan Olahraga Nasional (PON).