“Meskipun saya tunanetra pertama, saya merasa diperlakukan baik sekali di UNAIR selama saya berkuliah. Saya jarang mendapat pendamping dari luar kelas karena teman-teman sekelas saya sudah bisa menjadi pendamping," ungkap Alfian, dikutip dari Kompas.com.
Tidak hanya menjadi wisudawan tunatera pertama di Unair, Alfian juga ternyata satu-satunya tunanetra di keluarga.
Alfian berhasil menjadi anak pertama yang lulus S2 di keluarganya meski dengan keterbatasan.
Ia merupakan anak keempat, ibunya seorang ibu rumah tangga dan sang ayah bekerja sebagai tukang tambal ban.
“Saya tunanetra satu-satunya di keluarga. Saya anak keempat, tapi yang pertama S2. Ibu saya ibu rumah tangga dan bapak saya tukang tambal ban, tetapi saya bangga menjadi bagian dari mereka,” ujar Alfian.
Sebelum menempuh program magister Kebijakan Publik, Alfian telah menyelsaikan studi S1 Antropologi Unair.
Berbekal ilmu yang ia pelajar, Alfian ingin berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih inklusfif.
Alfian pun membuktikan komitmennya, saat ini ia aktif menyebarkan isu tentang disabilitas di media sosial.
Dengan itu, ia berharap kesadaran masyarakat terhadap kelompok berkebutuhan khusus dapat meningkat.
“Yang saya lakukan saat ini adalah bagaimana saya menularkan isu-isu disabilitas melalui sosial media dan itu harus dilakukan dengan bahagia. Disabilitas itu harus bahagia,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Alfian juga menghimbau seluruh hadirin pada momen wisuda untuk senantiasa berkontribusi bagi negara.
“Semoga kita bersama-sama menjadi insan yang excellent with morality dan bisa berkontribusi pada negara dengan apa yang kita miliki,” pungkas Alfian.
Ikuti saluran SURYA MALANG di >>>>> WhatsApp