SURYAMALANG.COM | MALANG - Para perempuan di Malang tak sabar menantikan bus Trans Jatim Malang Raya beroperasi.
Bagi mereka, transportasi publik yang digagas oleh Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur itu diharapkan bisa memberikan kenyamanan.
Sebagian dari para perempuan itu menilai, naik angkutan kota ( angkot) sudah tidak nyaman lagi, apalagi berangkatnya tidak menentu.
Seorang perempuan, Wahyu Ningtyas (21) di antara para perempuan di Malang Raya yang begitu menantikan bus Trans Jatim segera beroperasi.
Sekadar diketahui, Dishub Provinsi Jatim akan merealisasikan bus Trans Jatim Malang Raya mulai Oktober 2025.
Sesuai rencana, tim Dishub Provinsi Jatim akan melakukan survei titik koridor dan halte bus Trans Jatim Malang Raya terlebih dahulu pada Juli 2025.
Bus Trans Jatim sendiri sudah beroperasi di sejumlah wilayah di Jawa Timur, di antaranya Surabaya-Mojokerto, Surabaya-Lamongan dan Surabaya-Gresik.
Wahyu Ningtyas merupakan warga Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang.
Mahasiswi yang menimba ilmu di Kota Malang ini mengetahui rencana pengoperasian bus Trans Jatim Malang Raya dari pemberitaan di media.
Ia berharap operasional bus Trans Jatim bisa menjadi jawaban atas kebutuhan mobilitasnya.
Menurut Tyas, sapaan akrabnya, memiliki pengalaman buruk tentang transportasi di Kota Malang.
Baca juga: Ada Halte Trans Jatim Malang Raya di Jatim Park 3 Kota Batu, 2 Halte Lain di SMPN 3 dan Pendem
Salah satunya adalah keamanan saat naik angkot dan bus di Terminal Arjosari.
"Saya juga pernah menunggu angkutan kota itu sampai sejam. Waktu itu mau ke stasiun. Kan, naik kereta itu ada jadwal keberangkatannya, akhirnya kami naik angkutan umum online," ujar Tyas kepada SURYAMALANg.COM, Jumat (27/6/2025).
Pengalaman buruk lainnya ketika berada di dalam angkot, Tyas diajak bicara oleh orang tak dikenal.
Ia merasa risih karena lawan bicaranya terus mengajukan pertanyaan.
"Waktu itu ibu-ibu, pakaiannya aneh dan terus bertanya. Saya merasa tidak nyaman," keluh Tyas.
Sebagai orang yang memiliki pengalaman buruk menggunakan transportasi umum, Tyas berharap keberadaan bus Trans Jatim Malang Raya bisa menjadi solusi.
Sejauh yang ia tahu, rencana operasional bus Trans Jatim nanti akan sesuai waktu keberangkatan.
Kendaraan juga didesain nyaman dan aman.
"Kalau begitu, saya bisa tentukan waktu kapan mau berangkat. Kadang saya pulang ke rumah naik kereta dari Kota Malang ke Kabupaten Malang," papar Tyas.
Perempuan lain yang tak sabar menantikan operasional bus Trans Jatim Malang Raya adalah Iftihan.
Iftihan adalah seorang pekerja kantoran di Kelurahan Dinoyo.
Selama ini, ia menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke kantor.
Jika Trans Jatim dioperasikan, maka warga Kecamatan Sukun itu ingin sekali menggunakannya.
Baca juga: Halte Bus Trans Jatim Malang Raya Jatim Park 3 Penghubung Tiga Terminal di Kota Malang dan Kota Batu
"Saya dengar juga ada jalur ke Kota Batu, kan. Tentunya nanti akan melintasi Dinoyo, jadi saya bisa naik itu," ujar Iftihan.
Iftihan mengatakan, layanan angkot saat ini belum nyaman.
Waktu tempuh tidak dapat diprediksi. Pun waktu kedatangan.
Sedangkan menggunakan kendaraan pribadi harus mengeluarkan biaya lebih untuk operasional seperti servis dan beli bahan bakar.
"Menurut saya, Trans Jatim nanti bisa memenuhi kebutuhan pekerjaan. Saya jadi tahu kapan harus menunggu di halte karena sudah ada jadwal keberangkatannya, kan?" ungkapnya.
Iftihan tidak segan untuk menanggalkan kendaraannya jika ada layanan transportasi yang aman dan tepat waktu.
Justru menurutnya hal itu lebih efektif dan hemat.
Sebagai pekerja kantoran yang memang ada jam kerjanya, perjalanan yang menghitung ketepatan waktu sangat dibutuhkan.
Pengamat transportasi publik
Sementara itu, pengamat transportasi publik Universitas Widyagama Malang, Profesor Aji Suraji, menyebut program transportasi publik bus Trans Jatim Malang Raya langkah potensial mengurai kemacetan.
Di sisi lain, terang Prof Aji, bus Trans Jatim Malang Raya itu untuk memperbaiki layanan transportasi publik yang selama ini dinilai tidak nyaman dan tak pasti.
"Kalau dilihat dari konsepnya, program ini menjanjikan pelayanan berbasis jadwal atau timetable, bukan sistem ngetem. Jadi penuh atau tidak, bus akan tetap jalan sesuai jadwal," kata Aji, Jumat (27/6/2025).
Baca juga: Dishub Kabupaten Malang Usul Rute Bus Trans Jatim Diperpanjang Sampai Terminal Talangagung Kepanjen
Ia menekankan konsep buy the service atau pembelian layanan oleh pemerintah kepada operator menjadi kunci keberhasilan program ini.
Artinya, operator dibayar per kilometer berdasarkan kontrak dengan Dishub Jatim.
"Ini bukan hanya soal bus nyaman dan tepat waktu, tapi juga soal jaminan keberlangsungan pelayanan," ujarnya.
Bus Trans Jatim sebelumnya telah sukses diterapkan di kawasan Gerbangkertosusila, seperti Surabaya dan Sidoarjo.
Bahkan menurut Aji, animo masyarakat sangat tinggi karena merasa layanan tersebut bisa diandalkan.
"Sudah dua tahun lebih berjalan dan sekarang sudah jadi bagian dari perjalanan rutin masyarakat. Bukan sekadar orang coba-coba," jelasnya.
Salah satu catatan penting yang disampaikan Prof Aji adalah rute yang harus mencakup titik-titik strategis.
Baca juga: Kapan Trans Jatim Malang Raya Beroperasi? Rute Kota Batu-Malang-Kepanjen, Khofifah Sudah Beri Arahan
Ia menyarankan agar rute pertama Trans Jatim di Malang Raya harus melewati Terminal Arjosari.
" Terminal Arjosari ini simpul penting interaksi masyarakat," katanya.
"Kalau launching-nya tidak lewat sana, bisa kehilangan momen besar. Saya dorong agar rutenya mencakup Batu, Landungsari, Arjosari, dan terus ke Hamid Rusdi," sarannya.
Ia juga menyebutkan dengan memilih koridor utama seperti Jalan Soekarno Hatta, infrastruktur jalan di Malang masih memadai untuk dilalui bus berukuran sedang dengan kapasitas sekitar 35 penumpang.
Di sisi lain, ia bicara tentang dampak pengurangan kemacetan yang tidak bisa dirasakan instan.
Butuh waktu, bisa lima tahun.
"Tapi kalau dari awal sudah dilayani dengan baik, masyarakat akan beralih dan ini jadi prospek jangka panjang," prediksinya.
Namun, Prof Aji juga memberi catatan program Trans Jatim Malang Raya tidak boleh berhenti di tengah jalan, karena pergantian kebijakan atau pemangku jabatan.
Ia menegaskan agar program Trans Jatim tidak menjadi proyek pencitraan.
Menurutnya, harus ada keberlanjutan subsidi dan pola diversifikasi.
Model Scrapping untuk Angkot
Salah satu tantangan terbesar ialah keberadaan angkot konvensional.
Ia menyarankan pola scrapping, yakni konversi dari sistem lama ke sistem baru, baik dari sisi armada maupun pengemudinya.
"Supir lama direkrut ulang, tentunya lewat proses seleksi dan pelatihan. Ini untuk memastikan tidak ada gejolak. Model seperti ini sudah berhasil di daerah lain," ujar Aji.
Namun ia mengingatkan bahwa operator yang ingin terlibat harus punya modal kuat.
Dikatakannya, investasi per armada bisa mencapai Rp 1 miliar.
"Operasi minimal 3–6 bulan pertama butuh cadangan dana besar. Kalau tidak kuat, bisa kolaps," jelasnya.
Dengan pendekatan yang tepat dan dukungan berbagai pihak, ia optimistis Trans Jatim bisa menjadi tulang punggung transportasi publik di Malang Raya.
"Kalau peluncuran dilakukan dengan matang, saya yakin pola perjalanan masyarakat akan berubah. Tinggal menunggu waktu saja," katanya yakin.