Kondisi tanah di lahan apel diperparah dengan mikroorganisme dalam tanah tidak ada, dikarenakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang masif.
Terlepas dari penyebab hasil panen apel yang menurun tiap tahunnya, Heru mengatakan buah apel produksi Kota Batu masih tetap digemari dan memiliki pasar tersendiri dibeberapa daerah di Indonesia.
“Hasil panen dikirim ke Kalimantan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Jadi petani menjual ke tengkulak dan pedagang pengepul,” ujarnya.
Baca juga: Ikon Kota Mulai Terkikis, Hasil Panen dan Lahan Apel di Kota Batu dari Tahun Ke Tahun Kian Menurun
Sementara itu, untuk merawat ikon Kota Batu agar apel tidak punah dan hasil panen meningkat, ada beberapa cara yang dilakukan dinas terkait.
Yakni perbaikan tanah dengan pemberian bantuan pupuk organik padat, PGPR dan mikoriza.
Selain itu dilakukan pengendalian hama terpadu melalui penggunaan agen hayati dan pestisida nabati, serta peningkatan pengetahuan SDM pertanian melalui sekolah lapang, Bimtek dan pelatihan.
“Kami juga menganjurkan pemasaran apel melalui wisata petik apel agar harga yang didapat oleh petani lebih tinggi dan mengolah apel menjadi berbagai produk olahan agar keuntungan petani lebih tinggi.
Baca juga: Kejayaan Apel Poncokusumo Malang Tinggal Kenangan, Kini Mulyadi Beralih Fokus ke Tanaman Jeruk
“Apel tetap menjadi ikon Kota Batu dikarenakan tanaman apel menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu, selain itu apel diolah menjadi berbagai produk olahan yang merupakan oleh-oleh khas dari Kota Batu,” pungkasnya.