Merawat Buah Khas Malang Nyaris Punah

6 PENYEBAB Hasil Panen Apel Batu Turun Drastis, Tahun 2024 Hanya 140 Kwintal

Penulis: Dya Ayu
Editor: iksan fauzi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

APEL IKON KOTA BATU Buah apel menjadi ikon Kota Batu, sayangnya meski menjadi ikon kota produktivitas hasil panen apel di Batu semakin tahun semakin menurun karena beberapa faktor. Kini para petani apel di Desa Tulungrejo Bumiaji Batu lebih memilih membuka wisata petik apel karena harganya lebih mahal dibanding dijual kilonan dipasaran.

SURYAMALANG.COM | BATU - Meski apel menjadi ikon daerah, namun tak menjamin produksi buah di wilayah Kota Batu melimpah. 

Kini Kota Batu tengah ‘krisis’ buah apel karena semakin tahun hasil panen petani semakin menurun.

Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, dalam lima tahun terakhir penurunan terus terjadi.

Kepada SURYAMALANG.COM, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto membeberkan hasil panen apel di Batu mulai tahun 2020 hingga 2024.

Produksi buah apel pada 2020 sebesar 430.057 kwintal, 2021 turun menjadi 350.090 kwintal, 2022 menjadi 299.962 kwintal, 2023 sebesar 218.621 kwintal dan pada 2024 turun drastis hingga tersisa 140.285 kwintal.

Heru menjelaskan, salah satu penyebabnya adalah karena anomali iklim.

Anomali iklim tersebut, kata Heru menyebabkan curah hujan tidak menentu, akhirnya proses penyerbukan pohon apel menjadi tidak maksimal yang membuat produktivitas menurun.

"Anomali iklim juga menyebabkan suhu rata-rata di Kota Batu menjadi naik, sehingga produktivitas menurun,” kata Heru Yulianto kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (10/8/2025).

Baca juga: Curhat Petani Apel Desa Poncokusumo Kabupaten Malang, Pupuk dan Obat Mahal

Lebih lanjut Heru menjelaskan, anomali iklim juga menyebabkan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) meningkat dan jenis OPT menjadi lebih variatif.

Di sisi lain, Heru mengungkapkan mayoritas pohon apel di Kota Batu sudah berumur lebih dari 50 tahun.

Wisatawan memetik buah apel di Kota Batu. (SURYAMALANG.COM/Dya Ayu)

Usia pohon yang sudah tua itu menyebabkan produktivitas pohon apel menurun dan membuat biaya produksi meningkat seiring dengan kenaikan pupuk non subsidi dan pestisida.

Masalah lainnya, para petani juga harus mengeluarkan uang lebih besar lagi utnuk memberi upah kepada tenaga kerja.

Apalagi, upah tenaga kerja saat ini turut naik.

"Hal ini tidak seimbang dengan harga jual yang cenderung rendah. Sehingga petani enggan untuk merawat tanaman apelnya dengan maksimal,” jelasnya.

Baca juga: Bupati Sanusi Minta Salak Suwaru Malang Dipertahankan, Tapi Warga Tergiur Menanam Tebu

Penyebab lainnya ialah tingkat kesuburan tanah menurun sehingga menyebabkan produktivitas apel juga menurun. 

Kondisi tanah di lahan apel diperparah dengan mikroorganisme dalam tanah tidak ada, dikarenakan penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang masif. 

Terlepas dari penyebab hasil panen apel yang menurun tiap tahunnya, Heru mengatakan buah apel produksi Kota Batu masih tetap digemari dan memiliki pasar tersendiri dibeberapa daerah di Indonesia. 

“Hasil panen dikirim ke Kalimantan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Jadi petani menjual ke tengkulak dan pedagang pengepul,” ujarnya.

Baca juga: Ikon Kota Mulai Terkikis, Hasil Panen dan Lahan Apel di Kota Batu dari Tahun Ke Tahun Kian Menurun

Sementara itu, untuk merawat ikon Kota Batu agar apel tidak punah dan hasil panen meningkat, ada beberapa cara yang dilakukan dinas terkait. 

Yakni perbaikan tanah dengan pemberian bantuan pupuk organik padat, PGPR dan mikoriza. 

Selain itu dilakukan pengendalian hama terpadu melalui penggunaan agen hayati dan pestisida nabati, serta peningkatan pengetahuan SDM pertanian melalui sekolah lapang, Bimtek dan pelatihan.

“Kami juga menganjurkan pemasaran apel melalui wisata petik apel agar harga yang didapat oleh petani lebih tinggi dan mengolah apel menjadi berbagai produk olahan agar keuntungan petani lebih tinggi. 

Baca juga: Kejayaan Apel Poncokusumo Malang Tinggal Kenangan, Kini Mulyadi Beralih Fokus ke Tanaman Jeruk

“Apel tetap menjadi ikon Kota Batu dikarenakan tanaman apel menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu, selain itu apel diolah menjadi berbagai produk olahan yang merupakan oleh-oleh khas dari Kota Batu,” pungkasnya.

Berita Terkini