SURYAMALANG.COM | MALANG - Kabupaten Malang merupakan penghasil buah salak terbesar se-Jawa Timur dengan produksi 3,5 juta kuintal pada 2024.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur 2024, produksi salak di Kabupaten Malang sebanyak 3.512.239,10 atau 3,5 juta kuintal.
Produksi buah salak di Kabupaten Malang yang terbesar ada di Kecamatan Dampit, Ampelgading, kemudian Pagelaran.
Di Kecamatan Dampit, jumlah produksi salak sebanyak 2,6 juta kuintal, Kecamatan Ampelgading sebanyak 811 ribu kuintal, serta Kecamatan Pagelaran sebanyak 12 ribu kuintal.
Sayangnya, warga memilih menanam salak pondoh dibandingkan salak suwaru asli Malang.
Namun, berbeda dengan Pagelaran yang memiliki salak asli dari Desa Suwaru yang disebut dengan nama salak suwaru.
Seiring berjalannya waktu keberadaan salak suwaru hampir punah.
Baca juga: Bupati Sanusi Minta Salak Suwaru Malang Dipertahankan, Tapi Warga Tergiur Menanam Tebu
Dari tahun ke tahun produksi salak suwaru kian turun.
Masih dari data BPS, pada 2021 produksi salak di Kecamatan Pagelaran sebanyak 167.436 kuintal.
Pada 2022 turun menjadi 34.838 kuintal, 2023 sebanyak 50.589 kuintal, kemudian 2024 turun menjadi 11.935 kuintal.
Turunnya produksi salak suwaru dikarenakan banyak warga yang beralih ke tanaman tebu.
Hal ini diungkapkan oleh Suyono, warga Desa Suwaru, Kecamatan Pagelaran.
Suyono mengatakan Desa Suwaru dikenal dengan salaknya yang memiliki rasa manis, sedikit asam dan sepat, dengan kandungan air banyak, serta berdaging tebal.
Baca juga: Curhat Petani Apel Desa Poncokusumo Kabupaten Malang, Pupuk dan Obat Mahal
"Dulu setiap rumah tanam salak, sekarang banyak yang beralih ke tanaman tebu," kata Suyono saat ditemui belum lama ini.
Ia merupakan salah satu warga yang masih mempertahankan pohon salak.
Pohonnya ditanam di pekarangan samping rumah milik orang tuanya.
Luasnya hanya sekitar 400 meter persegi dengan jumlah pohon kisaran belasan batang.
Usia pohon salak yang ditanam itu kisaran 25 tahun lebih.
Meskipun sudah berumur puluhan tahun, namun pohonnya masih berbuah sampai sekarang.
Baca juga: 6 PENYEBAB Hasil Panen Apel Batu Turun Drastis, Tahun 2024 Hanya 140 Kwintal
Baik Suyono maupun kakaknya, masih rutin merawat pohon salak.
Hal ini ia lakukan untuk mempertahankan salak suwaru yang selalu dirindukan warga asli Pagelaran.
"Orang yang tahu salak suwaru pasti langsung beli ke rumah-rumah karena rasanya beda dengan salak pondoh ini lebih berair," tandasnya.
Namun, ia tak menampik bahwa harga Salak Suwaru semakin anjlok.
Pada saat kejayaannya dulu, salak tersebut bisa laku dengan harga Rp 10 ribu/kilogram, kini harganya tinggal Rp 3,5 ribu/kilogram.
Sehingga banyak warga yang dulunya menanam salak kini beralih ke tanaman tebu karena hasil panennya jauh lebih menjanjikan.
"Masalahnya karena kendala harga," tukasnya.