Hingga pada momen tertentu, Arya melihat rekan satu profesi tutor Bahasa Inggris mendaftar sebagai lokal staf di Kanada.
Arya Daru pun mendapatkan ide untuk melakukan langkah serupa, namun ia mendaftar sebagai lokal staf Myanmar.
"Kala itu dia belum berstatus ASN, dia bekerja di sana untuk membiayai istrinya yang sudah hamil itu,"kata Subaryono.
Ketika berada di Myanmar, takdir berkata lain, lulusan hubungan Internasional UGM itu bertemu dengan seorang diplomat.
"Doktor Sigit, seorang diplomat yang tahu kemampuan Daru, kemudian dia diangkat sebagai asisten utamanya, di bidang politik," kata Subaryono
Pada 2013, Arya Daru mengikuti tes, kemudian pada 2014 diterima sebagai ASN di Kemenlu.
Selama perjalanan karier sebagai ASN Kemenlu dengan skema tertentu, Arya Daru bekerja di dua negara, Timor Leste dan Argentina.
"Dia selalu mengabarkan keberadaanya kepada kami, karena sudah canggih tak ada jarak." terang Subaryono.
Selanjutnya, Arya Daru cerita ditempatkan di direktorat perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI).
"Oke, terus, kerjaan itu mungkin tak seperti yang ada di TV, yang mana diplomat pakai jas, dasi, masuk ruangan untuk melakukan negosiasi atau apa,"kata Subaryono menirukan perkataan anaknya.
Arya Daru mengatakan kepada ayahnya harus siap dipanggil kapan saja jika dibutuhkan untuk perlindungan WNI.
"Karena dunia ini kan 24 jam, tak bisa bekerja di jam Indonesia, diceritakan yang bersifatnya kemanusiaan,"ujarnya.
Misalnya, Anak Buah Kapal (ABK) yang meninggal di kapal asing, Arya Daru ikut mengurus kepulangan ke Indonesia.
Contoh lain, Arya harus melakukan koordinasi dengan kerabat korban.
"Menjelaskan kepada keluarga hingga alamat, bisa kasus kecelakaan, kriminalitas," jelas Subaryono.
Baca juga: Analisis ICAF Curiga Diplomat Arya Daru Jadi Sasaran Intelijen Hitam, Ada yang Memandu ke Lantai 12?