Jombang

Budidaya Melon dari Rumah Kaca di Jombang, Kisah Petani Sukses Menyulap Panas Jadi Rasa Manis

Budidaya Melon dari Rumah Kaca di Jombang, Kisah Petani Sukses Menyulap Panas Jadi Rasa Manis

Editor: Eko Darmoko
SURYAMALANG.COM/Anggit Pujie Widodo
BUAH SEGAR - Melon greenhouse milik Khusnul Yakin (44) di Dusun Santren, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (11/10/2025). 

Anggit Pujie Widodo

SURYAMALANG.COM, JOMBANG - Dari kejauhan, tepatnya di Dusun Santren, Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, tampak deretan rumah kaca berdiri di tengah hamparan sawah yang mulai mengering.

Jika dilihat dengan mata telanjang, bangunan itu tampak seperti balok transparan yang berkilau diterpa sinar matahari.

Namun, di balik dinding plastik bening itu, tersimpan kisah seorang petani yang berjuang melawan cuaca ekstrem demi menghasilkan buah manis bernilai tinggi.

Dialah Khusnul Yakin (44), petani melon premium yang kini menjadi inspirasi bagi banyak warga sekitar.

Di lahan seluas 500 meter persegi, ia menanam melon jenis Intanon, varietas unggul asal Thailand yang dikenal bertekstur renyah dan bercita rasa manis.

“Awalnya coba-coba, tapi ternyata hasilnya luar biasa."

"Di greenhouse ini, semua bisa dikontrol suhu, kelembapan, sampai pemberian nutrisi. Tapi memang butuh ketelatenan," ucapnya kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (11/10/2025).

Baca juga: Santri di Tajinan Kabupaten Malang Sukses Budidaya Melon, saat Panen Bisa dapat Cuan Belasan Juta

Meski berada di lingkungan tertutup, petani greenhouse tetap harus berhadapan dengan tantangan alam.

Musim kemarau tahun ini membawa suhu ekstrem hingga menembus 35 derajat Celsius. Bagi tanaman melon, panas seperti itu bisa menjadi bencana.

“Fase pembesaran buah itu paling krusial. Kalau panasnya terlalu tinggi, buah jadi kerdil dan kadar gulanya turun,” kata Yakin.

Dari 1.250 batang melon yang ditanam, hasil panen kali ini hanya mencapai 1,2 ton, turun dari target 2 ton.

Namun, Yakin tak patah semangat. Ia justru menjadikan kondisi ini sebagai ajang belajar.

Untuk mengatasi stres panas pada tanaman, ia menambahkan asam amino dan mono kalium phosphate pada larutan nutrisi, lalu menyemprotkannya secara berkala.

“Tujuannya supaya tanaman tetap kuat dan proses pembentukan buahnya optimal,” jelasnya melanjutkan.

Baca juga: Dari Urban Farming, Anak Muda Kota Kediri Raih Omzet Puluhan Juta dari Budidaya Melon Hidroponik

Keunggulan melon greenhouse terletak pada kualitas dan pengendalian lingkungan.

Tidak seperti melon konvensional yang memerlukan benih antivirus, benih untuk sistem tertutup justru lebih murni dan sensitif.

“Karena di sini hampir tidak ada hama, kita pakai benih tanpa antivirus. Hasilnya, rasa manisnya lebih keluar, teksturnya juga lebih renyah,” tutur Yakin.

Sebelum panen, setiap buah diuji menggunakan alat ukur kadar gula (brix meter). Hanya buah dengan kadar minimal 14 brik yang masuk kategori Grade A. Sisanya diklasifikasikan sebagai Grade B atau C.

“Kita tidak cuma jual tampilan, tapi kualitas rasa,” tegasnya.

Proses panen dilakukan selektif dan bertahap. Buah-buah terbaik langsung dikemas dan dikirim ke pembeli yang sudah memesan sejak masa tanam.

Harga jualnya berkisar Rp 18 ribu per kilogram, tergantung ukuran dan tingkat kemanisan.

Salah satu pelanggan, Dhika Lailatul (24), warga Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang tak pernah absen membeli melon premium ini setiap musim panen tiba.

“Rasanya manis banget dan dagingnya renyah. Sekali coba, langsung tahu bedanya sama melon biasa,” ungkapnya.

Dhika mengaku rela membayar lebih mahal karena rasa dan kualitasnya selalu konsisten.

“Harga boleh beda sedikit, tapi puas. Kalau buat hadiah atau konsumsi keluarga, ini pas banget,” tambahnya.

Bagi Yakin, bertani di greenhouse bukan sekadar soal hasil, tapi juga tentang keberanian untuk berinovasi.

Ia ingin membuktikan bahwa pertanian modern bisa dijalankan di daerah pedesaan tanpa harus bergantung pada cuaca.

“Petani itu harus berani berubah. Kalau kita mau hasil lebih bagus, ya harus pakai cara yang lebih cerdas,” bebernya.

Kini, setiap kali memasuki rumah kacanya yang hangat, Yakin merasa seperti sedang memasuki ruang harapan.

Di sanalah ia belajar bahwa ketekunan bisa mengubah panas yang menyengat menjadi manis yang mendatangkan berkah.

“Setiap melon yang manis, itu hasil dari keringat dan kesabaran,” pungkasnya.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved