Surabaya

Cegah Banjir, Pemkot Surabaya Siapkan Rp 1,1 Triliun untuk Bangun Drainase dan Rumah Pompa di 2026

Cegah Banjir, Pemkot Surabaya Siapkan Rp 1,1 Triliun untuk Bangun Drainase dan Rumah Pompa di 2026

Pemkot Surabaya
BANJIR - Sejumlah kawasan di Surabaya sempat terendam banjir awal musim penghujan pada November 2025 mendapat perhatian serius Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Tahun depan, Pemkot Surabaya akan kembali melaksanakan percepatan pembangunan saluran hingga rumah pompa di beberapa titik sekaligus. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya masih fokus pada pengendalian banjir pada 2026.

Sejumlah pos anggaran dinaikkan dengan memproritaskan pada pembangunan infrastruktur saluran besar.

Mengutip pada rencana belanja APBD Surabaya 2026, pos anggaran pengendalian genangan mencapai sekitar Rp 1,1 triliun.

Angka ini setara 8 persen dari total belanja APBD Surabaya yang mencapai Rp 12,73 triliun tahun depan.

Anggaran ini akan digunakan untuk pembangunan sistem drainase perkotaan (Rp 770,9 miliar), rehabilitasi sistem drainase perkotaan (Rp 144,3 miliar), operasi dan pemeliharaan sistem drainase (Rp 96 miliar), pembangunan sistem drainase lingkungan (Rp 78 miliar), hingga pembinaan teknis sistem drainase (Rp 10 miliar).

Nilai tersebut meningkat sekitar 22 persen dari tahun 2025 yang baru sekitar Rp 900 miliar.

Kenaikan cukup signifikan pada sub anggaran pembangunan sistem drainase yang meningkat 103 persen (Rp 379 miliar menjadi Rp 770 miliar pada 2026).

Baca juga: Dukung Palestina, Gowes Ride for Palestine Surabaya-Jakarta Sepanjang 1000 Km

Dinas Sumber Daya Air Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya telah memiliki sejumlah rencana pengerjaan proyek pengentasan genangan di beberapa wilayah.

Hal ini menyangkut dengan membuat saluran baru, saluran penyimpanan, rumah pompa, hingga bozem.

Saluran dan rumah pompa akan dibangun di titik saluran yang selama ini belum terhubung.

Harapannya, saluran baru akan mempercepat aliran air sehingga bisa mengurangi potensi genangan.

Kepala DSDABM Surabaya Syamsul Hariadi tak merinci jumlah saluran maupun rumah pompa baru yang akan dikerjakan tahun depan.

Namun, pihaknya memastikan bahwa proyek-proyek ini akan memprioritaskan titik-titik genangan tinggi.

"Bapak Wali Kota telah memberikan arahan kepada kami."

"Termasuk untuk mempercepat pengerjaan serta memulai lelang lebih awal menjadi Desember 2025."

"Harapannya, proyek selesai saat musim hujan kembali pada akhir 2026 mendatang," kata Syamsul.

Dia mencontohkan banjir di kawasan Jalan Panjang Jiwo Kecamatan Trenggilis Mejoyo yang terjadi Rabu (5/11/2025) lalu.

Meskipun bersebalahan dengan sungai Jagir, namun jalan tersebut kerap kali terendam saat hujan dengan intensitas tinggi.

"Dari evaluasi, Bapak Wali (Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi) menginstruksikan agar jalannya (Panjang Jiwo) akan dinaikkan dan akan dibangun rumah pompa di ujung pom bensin Jalan Panjang Jiwo. Itu arahan langsung Pak Wali."

"Kemudian ke arah timur nanti akan dibangun juga sudetan menuju ke Kali Jagir di Rumah Pompa Wororejo 2," kata Syamsul.

Baca juga: Banjir Surabaya di Awal November 2025 Akibat Curah Hujan Tinggi dan Proyek Saluran Belum Selesai

Rekayasa saluran juga akan dikerjakan di kawasan Tanjungsari. Berbeda halnya di kawasan Trenggilis, kawasan tersebut sempat mendapat atensi Wali Kota karena tingginya genangan akibat air yang terperangkap.

Menurut Syamsul, wilayah Kecamatan Sukomanunggal tersebut butuh penanganan ekstra dibandingkan kawasan Surabaya selatan.

Sebab, kawasan ini belum terintegrasi dengan pintu air laut, rumah pompa, dan melewati saluran kecil akibat pembagunan rumah di badan sungai.

"Tanjungsari itu rada angel (agak sulit). Karena, salurannya itu ono nang omah-omah (di sekitar saluran berdiri rumah-rumah)."

"Salurannya jadi kecil. Kemudian di ujungnya sana belum ada bangunan pengendali. Pintu airnya belum ada dan [rumah] pompa airnya belum ada," katanya.

Sebagai langkah awal, Pemkot rencananya akan membangun saluran bawah jalan (box culvet) yang akan digunakan sebagai penyimpan air.

Mengadopsi pengendali genangan di Jalan Mayjend Sungkono, air di atas permukaan akan diparkir ke bawah jalan.

"Jadi, kemarin Pak Wali juga langsung menginstruksikan untuk membuat pompa di pinggir Jalan Tanjungsari dan membuat box culvet. Intinya, air yang ada di permukaan itu dipindahkan ke dalam box culvet," katanya.

"Kita buat long storage atau tampungan memanjang. Ini mencontoh di jalan Mayjend Sungkono."

"Jadi (sebelumnya) Mayjen Sungkono itu wis mesti banyune meneng, mandeg (genangan di sana tidak bisa mengalir dan hanya berhenti)."

"Makanya prinsipnya kita pindahkan air yang di permukaan ke dalam ke dalam box culvet. Alhamdulillah sampai sekarang Mayjend Sukono aman," katanya.

Ketua Komisi C DPRD Surabaya Eri Irawan berharap proyek saluran tak hanya berfokus pada jalan protokol saja. Pemkot diharap ikut menarik air yang biasanya menggenang perkampungan.

"Sistem drainase yang ada di perkampungan itu perlu segera dipastikan terintegrasi dengan sistem saluran yang lebih besar. Sehingga, air itu bisa mengalir lebih lancar," kata Eri ketika dikonfirmasi terpisah.

Menurutnya, banyak saluran di perkampungan yang terputus dari akses saluran besar.

"Di kampung itu ada salurannya tapi tidak terintegrasi atau terhubung dengan saluran yang lebih besar."

"Ada juga yang sebenarnya saluran besarnya tersedia tapi jarang dinormalisasi sehingga tidak cukup tampungan kapasitas airnya," katanya.

Selain itu, politisi PDI P ini berharap pemerintah dapat membuat proyek saluran yang mampu menjawab tantangan iklim saat ini.

Tak hanya Surabaya, Eri menyebut kota besar di dunia juga memiliki tantangan yang sama dalam mengendalikan banjir.

"Kita perlu melakukan edukasi ke publik dan diikuti oleh langkah konkret pemerintah kota terkait dengan perubahan iklim."

"Sebab, ini bukan hanya Surabaya, kota-kota besar dunia, seperti Tokyo sjaa kemarin banjir, banjir cukup besar," kata mantan jurnalis ini.

"Kota-kota seperti Tokyo, Singapura, itu banjir semua. Selama ini, semua kota itu tidak ada target bebas banjir namun mereka beradaptasi dengan perubahan iklim."

"Jadi adaptasi bagaimana? Luas genangan semakin turun kemudian lama genangan semakin cepat," tandas Eri.

 

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved