Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

Derita Haical Korban Ponpes Al Khoziny: Kaki Diamputasi Setelah Infeksi Merembet ke Hati dan Ginjal

Derita Syehlendra Haical korban reruntuhan Ponpes Al Khoziny: kaki diamputasi setelah infeksi merembet ke hati dan ginjal, 17 korban meninggal dunia.

|
KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH/ANDHI DWI
PONPES AL KHOZINY AMBRUK - Kondisi reruntuhan bangunan mushala (KIRI) di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Selasa (30/9/2025). Syehlendra Haical (KANAN) saat dijenguk Mensos RI, Saifullah Yusuf, Sabtu (4/10/2025). Kaki Haical diamputasi setelah infeksi menjalar ke hati dan ginjal. 

Sementara korban yang belum ditemukan diperkirakan masih ada 46 orang.

Tragedi ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny bukan hanya peristiwa duka yang menelan korban, melainkan juga sebuah peringatan keras mengenai lemahnya budaya konstruksi aman di Indonesia.

Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sudjatmiko mengatakan, dalam perspektif teknik sipil, sebuah bangunan seharusnya tidak runtuh secara tiba-tiba jika sejak awal perencanaan, perancangan, hingga pelaksanaan pembangunan mengikuti prinsip-prinsip standar yang telah ditetapkan.

"Kejadian ini menjadi pelajaran bahwa tidak boleh lagi ada nyawa melayang akibat pembangunan yang dilakukan tanpa perencanaan memadai," ujar Sudjatmiko dalam keterangannya dikutip pada Sabtu (4/10/2025).

Sehingga, pria berlatar belakang Sarjana Teknik ini mendorong adanya perbaikan dan perubahan nyata dalam praktik pembangunan ponpes di Indonesia.

Pria yang berpengalaman di bidang konstruksi itu juga menjelaskan, ambruknya bangunan sering kali buru-buru dilabeli sebagai "takdir" atau "musibah alamiah".

Padahal, pada banyak kasus, termasuk di pesantren, penyebab utamanya justru terletak pada kegagalan konstruksi.

Beberapa faktor yang kerap ditemukan meliputi:

1. Perencanaan Struktur yang Lemah

Banyak bangunan, terutama di lembaga pendidikan maupun milik perseorangan, dibangun secara swadaya tanpa melibatkan tenaga ahli teknik sipil.

Akibatnya, perhitungan struktur, beban, dan material tidak diuji sesuai standar yang berlaku.

2. Penggunaan Material yang Tidak Memadai

Demi menekan biaya, material sering diganti dengan kualitas rendah.

Baja tulangan, semen, atau pasir yang tidak sesuai spesifikasi berkontribusi pada lemahnya daya dukung bangunan.

3. Minimnya Pengawasan Konstruksi

Sumber: Surya Malang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved