Malang Raya
Pondok di Malang Memang Ajarkan Persiapan Akhir Zaman, Waspadai Hantaman Meteor saat Ramadan
52 orang dari Desa Watubonang Kecamatan Badegan, Ponorogo, hijrah serentak ke Dusun Pulosari, Desa Sukosari Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, KASEMBON - Publik Jawa Timur heboh gara-gara 52 orang dari Desa Watubonang Kecamatan Badegan, Ponorogo, hijrah serentak ke Dusun Pulosari, Desa Sukosari Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.
Mereka dikabarkan percaya bahwa kiamat sudah dekat sehingga perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan ibadah di Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, Dusun Pulosari, Desa Sukosari.
Apakah semua itu sekadar ajaran Katimun atau Khotimun, guru tarekat lokal di Desa Watubonang, ataukah memang diajarkan di Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin?
Pada satu sisi, polisi Kota Batu lebih percaya versi pengasuh pondok itu yang intinya membantah bahwa telah mengajarkan paham terkait kiamat sebagaimana tersebar di media sosial.
• Kapolres Batu Selidiki Penyebar Isu Kiamat, Lebih Percaya Versi Pengasuh Pondok Pesantren
Namun, polisi Ponorogo memilih hati-hati karena berniat meminta keterangan lebih dulu pada Katimun atau Khotimun karena bisa jadi dialah yang mengajarkan tafsir lain ajaran dari gurunya di Malang. Namun, Katimun masih dicari.
• Polisi Buru Katimun, Guru Tarekat di Ponorogo yang Ajak Hijrah 52 Orang ke Malang
Sebelum penyelidikan resmi selesai, reporter SURYAMALANG.COM turut mendatangi lokasi Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, 14 Maret 2019.
Sebelum memasuki area pondok, ada banner yang bertuliskan 'Selamat Datang Peserta Mondok Rajabiyahan dan Biatan Plus Romadhonan. Dalam rangka Persiapan Akhir Zaman di Ponpes Dusun Pulosari'. Lokasi Dusun Pulosari dari Jalan Raya Kasembon berjarak sekitar 2 kilometer.
PETA - Dusun Pulosari, Desa Sukosari Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang
Pengasuh pondok itu, Romli Soleh Syaifudin, mengakui, lembaganya memiliki program "Menyongsong Meteor'.
Program ini sudah berjalan sejak tiga tahun lalu hingga sekarang. Program inilah yang diduga dijadikan bahan untuk membuat isu tidak benar.
Ia mengatakan, program ini adalah bentuk antisipasi terjadinya salah satu dari 10 tanda kiamat yakni adanya hantaman meteor di bulan Ramadan.
"Program itu sudah sejak tiga tahun berjalan lalu. Kenapa kok baru sekarang ramai. Itu yang saya herankan," jawabnya.
Ia menjelaskan, program Menyongsong Meteor itu mencakup 10 tanda besar kiamat. Dan itu diawali dari hantaman meteor. Ia bermaksud menyampaikan kewaspadaan kepada jamaah.
Pihaknya juga memperbolehkan menjalankan Ramadan di sini tapi dianjurkan membawa perbekalan untuk satu tahun ke depan.