Batu

Peluang Usaha Kerajinan Tangan di Batu Masih Besar

Peluang usaha dan pemasaran untuk produk kerajinan tangan masih terbuka lebar. Namun, jika ada yang berminat, dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan.

Editor: fatkhulalami
Antara
Ilustrasi kerajinan tangan untuk ekspor 

SURYAMALANG.COM, BATU - Kota Batu, Jawa Timur dikunjungi jutaan wisatawan tiap tahunnya. Ini membuat pegiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terus bermunculan.

Data dari Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kota Batu, pada 2014, ada 563 UMKM di Batu.

UMKM sebanyak itu, 80 persen bergerak di bidang usaha produksi makanan dan minuman, 20 persennya bergerak dibidang usaha handy craft (kerajinan tangan). Kondisi itu membuat perang pasar UMKM minuman dan makanan semakin keras.

Rendahnya minat masyarakat pada usaha kerajinan tangan membuat Konsultan Pusat Pelayanan Usaha Terpadu (PLUT) Kota Batu, Riyanto bersama empat konsultan PLUT lainnya berusaha melahirkan pengrajin baru.

“Karena untuk produksi makanan dan minuman sudah terlalu banyak. Kondisi ini menyebabkan persaingan pelaku usaha yang sama sangat tinggi,” terangnya, Minggu (29/3/2015).

Menurutnya, peluang usaha dan pemasaran untuk produk kerajinan tangan masih terbuka lebar. Namun, jika ada yang berminat, dibutuhkan ketrampilan dan ketekunan.

“Supaya produknya bernilai jual tinggi," ujar Riyanto.

Sementara itu, Tata Laksana dan Organisasi PLUT Kota Batu, Hengky menambahkan, dari 563 UMKM yang selesai didata, akan diambil 14 UMKM terbaik untuk ditingkatkan menjadi pelaku usaha menengah.

Modal usaha yang masuk kategori menengah, ujarnya, mencapai Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar. Saat ini rata-rata modal UMKM di Kota Batu masih dibawah Rp 50 juta.

Hengky akan membina UMKM terpilih supaya menjadi pelaku usaha menengah dengan ditandai peningkatan produksi dan peningkatan modal usaha dan laba perusahaannya.

Ia menyebut, jumlah pegiat UMKM sejak tahun 2001 hingga 2015 mencapai 14.570 usaha. Namun, UMKM yang aktif berproduksi sekitar 30 persen saja.

"Usaha mereka tidak berkembang karena keterbatasan modal usaha, terkendala perizinan. Yang lain karena keterbatasan jaringan pemasaran,” pungkasnya.

(Iksan Fauzi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved