Malang Raya

Komikus Asal Malang Angkat Cerita Gang Dolly Lewat Komik Jenaka dan Kritik

"Saya hanya ingin menjelaskan bahwa penutupan Gang Dolly itu bukan solusi terbaik, dan kisah seperti gang dolly tidak hanya terjadi di Surabaya,"

Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Adrianus Adhi
Aji Prasetyo 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Aji Prasetyo merupakan seorang komikus asal Malang, Jawa Timur memilih jalan cerita komik yang berbeda dari komik yang lain.

Cerita komik dari pria kelahiran 11 Desember 1976 ini penuh kritik, namun disajikan jenaka.

Hal itu juga tertangkap dalam komik barunya, Teroris Visual, yang baru diluncurkan Mei 2015. Pria berambut gondrong ini mengangkat hal-hal sepele dalam komik setebal 149 halaman.

Persoalan itu seperti kelakuan mahasiswa lama saat ospek mahasiswa baru yang menjadi "makelar" tugas, lalu banner caleg yang mengganggu pemandangan kota, kisah Atik pegawai Bank Jatim yang dituduh menggelapkan uang dan yang tak kalah seru juga adalah kisah 'Berantas Pelacuran' yang mengisahkan penutupan Gang Dolly.

"Menutup lokalisasi sama seperti orang yang benci sampah tapi menghancurkan tempat sampah. Begitu sampah berserakan dimana-mana, malah dianggap masalah telah selesai," papar Aji dalam bedah komiknya di Warung Kalimetro, Rabu (17/6/2015) malam.

Sekadar diketahui, komik Aji terkait penutupan Gang Dolly tadi menyedot perhatian netizen setahun lalu. Ada yang setuju dengan pandangan Aji terkait penutupan Dolly, ada juga yang tak setuju.

Bahkan ia sempat menerima surat terbuka terkait isi komik yang dinilai terlalu kritis. Meski begitu, Aji tidak kapok. Ia mengangkat lagi kisah itu dalam komik terbarunya kini.

"Saya hanya ingin menjelaskan bahwa penutupan Gang Dolly itu bukan solusi terbaik, dan kisah seperti gang dolly tidak hanya terjadi di Surabaya. Tapi di tempat lain ada masalah serupa," kata Aji terkait kisah 'Berantas Pelacuran' tadi.

Aji memaparkan komiknya tergolong komik opini. Istilah 'Komik Opini' berasal dari sebutan Seno Gumira, saat membedah komik pertamanya, 'Hidup itu Indah' pada tahun 2010. Alasan Seno kala itu karena komik Aji bermaterikan kejadian sekitar, yang kemudian dibuat cerita, dan komentar. Karya dia mirip komik Benny and Mice tapi materi yang Aji sajikan lebih kritis.

"Julukan ini hanya sebagai pembeda, tapi karya saya tetap komik yang katanya berasal dari kata komedi," tambahnya.

Sementara, diskusi itu menghadirkan penulisnya langsung, Aji Prasetyo dan seorang budayawan Malang, Kristanto Budiprabowo. Dalam bedah buku itu, Kristanto memaparkan buku Aji layak disimak, sebab buku Teroris Visual mengguggah kesadaran banyak orang.

Lewat komik Aji pula, Kristanto perlu meluruskan persepsi masyarakat soal buku.

"Buku tidak pernah menjawab persoalan kita, dan begitu juga dengan karya Aji. Karya Aji tidak menjawab persoalan, tapi mengisahkan hal-hal sepele yang sering terlewati oleh kita," jelas Kristanto dalam diskusi itu.

(Adrianus Adhi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved