Malang Raya

Ini Tarif Kamar Kos di Kawasan Universitas Brawijaya Malang

Harga per anak Rp 4 juta setiap tahunnya. Sedangkan jika satu kamar digunakan untuk dua anak, maka tarifnya menjadi Rp 6 juta pertahun.

Penulis: sulvi sofiana | Editor: fatkhulalami
Google
Ilustrasi 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU – Tahun ajaran baru perguruan tinggi (PT) juga merupakan penyesuaian  tariff baru untuk kamar kos bagi mahasiswa.

Hal ini ditemui di kosan yang berada di kawasan jalan Kertosentono dan jalan Kertoraharjo, Kota Malang. Dua jalan itu merupakan area sebelah barat Unversitas Brwijaya (UB) yang banyak dijadikan kos-kosan.

Kenaikan harga kos, diakui sejumlah pemilik kos karena adanya kenaikan harga listrik, air ataupun perawatan rumah.

Seperti yang diungkapkan Dwi Agustin (45) yang menyewakan kamar kos dari tahun 1954 di jalan Kertoraharjo. Sebanyak 12 kamar, ia sewakan dengan harga per anak Rp 4 juta setiap tahunnya. Sedangkan jika satu kamar digunakan untuk dua anak, maka tarifnya menjadi Rp 6 juta pertahun.

“Harga per kamar sudah saya naikkan dari tahun lalu sebesar Rp 3 juta per tahun, mau saya naikkan Rp 1,5 juta masih belum tega,” jelas Agustin.

Ia mengaku, tarif sewa kamar yang diterapkan sudah sesuai dengan pasaran di kawasan tempat ia tinggal. Dengan tarif per tahun, ini untuk menghindari kecurangan mahasiswa yang tidak membayar kos.

“Sekarang, semua tarifnya per tahun, kalau dulu per bulan banyak yang tiba-tiba sudah pergi tanpa kabar,” paparnya.

Dengan 12 kamar yang dimiliki, ia membaginya menjadi 5 kamar untuk putri dan 7 kamar untuk putra. Mengenai jam malam, Dwi Agustin mengaku tidak membatasinya karena setiap penyewa sudah membawa kunci, dan cukup tahu batas sopan santun tinggal di tempat orang.

“Biasanya pukul 10 maam sudah di kos semua,” terangnya.

Kamar yang ia sewakan sudah memiliki tempat tidur dan almari, sedangkan kamar mandi terdapat di luar kamar.

Sedangkan untuk listrik dan air, setiap penyewa masih harus membayarnya sendiri sesuai dengan yang mereka gunakan setiap bulannya.

“Rumahnya kan terbagi dua, untuk putra dan putri. Kalau listrik dan air mereka urus sendiri,” jelasnya.

Menjelang akhir tahun ajaran baru, sudah ada satu kamar kosong yang sewanya tidak dilanjutkan. Dan sudah diganti dengan mahasiswa baru yang akan menempuh pendidikan di UB.

“Mulai Agustus biasanya banyak yang cari, tapi saat ini banyak yang nyari dari pada yang keluar kos. Jadi mungkin kalau kos yang baru dibangun baru banyak yang kosong,” terangnya.

Sedangkan Muhammad Sholeh (45) yang memiliki kamar kos di jalan Kertosentono mengaku, memiliki 14 kamar yang ia sewakan dengan harga Rp 5,5 juta pertahun. Untuk tahun ini, ia sengaja menambahkan sekitar Rp 500 ribu untuk biaya listrik dan air.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved