Berita Pamekasan
Obat Pembasmi Hama Dipakai Buat Shampoo, 27 Santriwati Keracunan
Sebelum pingsan, para santriwati sempat melihat setumpuk kutu rambut di kepala mereka berjatuhan ke lantai, mati akibat obat pembasmi hama.
Penulis: Muchsin | Editor: Rahadian Bagus
Faiqurrohmah (17), seorang korban keracunan pembasmi hama tembakau, mengaku selama ini sudah biasa membasmi kutu rambutnya menggunakan obat pembasmi serangga.
Cara tak lazim yang digunakan Faiqurrohmah dan beberapa teman santriwati lainnya ini, dinilai cukup ampuh menghilangkan kutu rambutnya, dibandingkan menggunakan obat penghilang kutu rambut yang dijual bebas di pasaran.
Sebab belakangan ini kutu rambut yang bersarang di kepalanya membuat jengkel. Jumlahnya bukan lagi hitungan jari, tapi sudah puluhan atau ratusan. Setiap hari rambut di kepalanya gatal, walau sudah dibersihkan menggunakan rambut khusus penghilang kutu rambut, tetap tidak berhasil dan hanya sebagian saja.
Bahkan, beberapa waktu lalu, untuk menghilangkan kutu rambutnya, ia dan sejumlah teman-teman di pondoknya menggukanan kapur pembasmi seranga dan kecoa dari berbagai merek. Tapi usaha itu kurang maksimal, karena di kepalanya kutu tetap bersarang.
Faiqurrohmah, yang kini masih terbaring lemas di RS Paru Pamekasan, menyadari, jika cairan obat yang dioleskan ke rambut pengganti sampo gunanya untuk membunuh ulat dan hama yang digunakan petani tembakau.
“Kalau ulat dan serangga di tanaman tembakau kena obat ini mati, saya dan teman-teman yakin kutu rambut di kepala pasti mati. Lho, yang ini lain, rupanya bukan hanya kutunya yang mati, tapi saya dan teman-teman keracunan tidak kuat menghirup baunya,” kata Faiqurrohmah, saat ditemui di RS Paru, Pamekasan, Senin (17/8/2015).
Diakui, setelah rambutnya diolesi obat pembasmi hama tanaman tembakau, dan keramas menggunakan shampoo, ia kemudian merasakan pusing. Sebelum pingsan, para santriwati sempat melihat setumpuk kutu rambut di kepala mereka berjatuhan ke lantai mati akibat obat tadi.
Namun setelah itu, rasa pusing di kepalanya kian parah, disertai muntah-muntah dan tak sadarkan diri. Ia baru tersadar, saat dirinya berada di RS Paru, di damping kedua orang tuanya.
Ia mengaku kapok dan berjanji tidak akan menggunakan obat apapun pembasmi kutu rambut.
Dokter jaga UGD RS Paru Pamekasan, dr Aprilia Romdiana, mengatakan, mereka yang keracunan itu, bukan karena cairan itu terminum atau termakan korban, tapi insektisida hama terhirup melalui saluran pernafasan.
Setelah insektisida itu terhirup, efeknya bagi manusia ini, masuk ke pembuluh darah dan menyerang saraf, sehingga pusing. “Nah, terjadinya mual dan muntah itu akibat dari rangsangan saraf yang sudah terkontaminasi insektisida,” papar dr Aprilia.
Dikatakan, dari seluruh korban keracunan yang dirawat saat itu, sebanyak 5 santriwati yang membutuhkan perawatan intense. Sebab kondisinya cukup parah, sehingga harus menjalani rawat inap selama dua hari. Karena dikhawatirkan mengalami dehidrasi.