Lumajang
Preman Dapat Bayaran untuk Habisi Salim Kancil? Simak ini!
Penyidik menetapkan 22 orang sebagai tersangka dalam kasus ini. Sebagaian tersangka terlibat dalam pengeroyokan Tosan, dan sebagaian bembunuhan Salim
Penulis: Zainuddin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Sebanyak 17 tersangka pembunuhan Salim Kancil yang dititipkan di Mapolda Jatim hanya tertunduk selama rilis, Rabu (30/9/2015).
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari para tersangka. Beberapa tersangka hanya menggelengkan kepala saat ditanya wartawan soal kejadian itu.
Sampai lima hari pasca kejadian itu, penyidik belum mengetahui aktor pembunuhan Salim alias Kancil dan penganiayaan Tosan di Desa Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Jawa Timur.
Penyidik juga belum berani menetapkan Kades Awar-awar, Haryono sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan atau penyaniayaan. Haryono baru menjadi tersangka terkait galian C.
"Kami masih cari aktor intelektualnya. Kami periksa saksi, tersangka, dan anggota polisi untuk mengetahui aktornya," kata Kapolda Jatim, Irjen Pol Anton Setiadji, Rabu (30/9/2015).
Anton mengungkapkan para tersangka lebih banyak menjawab tidak tahu saat ditanya penyidik. Rencananya penyidik akan melakukan pemeriksaan secara terpisah. Metode pemeriksaan ini untuk mengantisipasi para tersangka saling komunikasi untuk menutup aktor intelektualnya.
Anton juga belum mendapat informasi soal para tersangka mendapat bayaran atau tidak. Menurutnya, penyidik harus mencari aktor intelektualnya dulu. Baru nanti diketahui ada atau tidak bayaran kepada para tersangka.
(baca update terbaru : Ngeri! Ternyata Gerombolan Preman Juga Setrum Salim Kancil)
Penyidik telah menetapkan 22 orang sebagai tersangka dalam kasus ini. Sebagaian tersangka terlibat dalam pengeroyokan Tosan, dan sebagaian tersangka terlibat dalam pembunuhan Salim. Ada juga tersangka yang terlibat dalam penganiayaan Tosan dan pembunuhan Salim.
Selain memburu tersangka lain, Tim Inspektorat Pengawasan Daerah (Irwasda) dan Propam Polda Jatim juga menelusuri keterlibatan anggota polisi. Apalagi Salim sempat lapor ke polisi setelah mendapat ancaman atau teror.
"Dengan pembiaran laporan itu, kemungkinan ada keterlibatan anggota. Untuk transparansi, kami turunkan Inspektorat dan Propam. Mungkin penanganan laporan kurang baik atau ada anggota yang terlibat," tambahnya.