Malang Raya
Begini Pertanyaan Kritis Kapolda Jatim Soal Aplikasi Android Pendeteksi Kriminalitas
Anton menambahkan aplikasi itu bisa diterapkan di daerah lain, tetapi mau tidak mau pemakainya harus memakai ponsel bersistem kerja android.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Duduk di kursi paling belakang. Postur tubuhnya santai. Kemudian bertanya kritis kepada anggota Satlantas Polres Malang Kota yang menjelaskan cara kerja 'Panic Button Polres Malang Kota', Rabu (18/11/2015).
Itulah gaya Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anton Setiadji, selayaknya penguji skripsi mahasiswa ketika melihat cara kerja program pendeteksi dini tindak kriminalitas yang baru bulan lalu diluncurkan oleh Kapolres Malang Kota AKBP Singgamata itu.
"Coba sekarang cek Jalan Semeru, buka jalan itu," ujar sang jenderal bintang dua itu.
Operator kemudian menunjukkan jalan yang berada di kawasan padat lalu lintas tersebut.
"Itu kalau ada curanmor (pencurian sepeda motor), larinya kemana dan petugas bisa mencegat di mana?" tanya Anton selayaknya dosen penguji ujian skripsi mahasiswa.
Ipda Kadek dari Satlantas secara lancar menjawab pertanyaan mantan Kapolda Sulawesi Selatan itu.
Ia menjelaskan, rute di peta jalan yang tertera di layar depan kapolda. Layar itu seperti tercetak di google map. Kadek menjelaskan tentang rute dan sejumlah jalan tikus di dekatnya.
Itulah sekilas cara Kapolda Anton melihat 'Panic Button Polres Malang Kota' yang ada di Makota Command Center.
Program itu merupakan program untuk menekan dan mendeteksi dini tindakan kriminalitas di wilayah Malang Kota. Program itu memakai aplikasi di ponsel yang bersistem android.
Warga bisa mengunduh aplikasinya di play store di android. Ketika terjadi tindak kriminalitas, warga cukup menekan tulisan 'help/tolong' sebanyak tiga kali di aplikasinya. Aplikasi itu tersambung dengan sirine di MCC Polres Malang Kota.
Petugas akan mendeteksinya, kemudian meluncur ke daerah yang meminta pertolongan, termasuk untuk menangkap pelaku tindak kriminalitas.
Hanya saja, kata Anton, aplikasi itu masih berbasis sistem android.
"Tidak semua orang kita kan pakai android. Kalau mungkin bisa untuk ponsel biasa. Kapolda saja tidak pakai android," ujarnya sambil berseloroh.
Anton menambahkan aplikasi itu bisa diterapkan di daerah lain, tetapi mau tidak mau pemakainya harus memakai ponsel bersistem kerja android.
"Kalau diterapkan semua belum bisa, karena banyak warga kita pakai ponsel biasa bukan android," tegasnya.