Jendela Dunia

Berbahaya, Jangan Ditiru! Demi Berhemat, Warga di Desa Ini Nekat Hidup Dalam Ancaman Ledakan

Ya demikianlah, meskipun aktivitas ini sangat dekat dengan maut, namun demi 'hidup yang lebih layak', warga rela bermain-main dengan ancaman maut

Penulis: Eko Darmoko | Editor: eko darmoko
Shanghaiist
Warga menyeret gas dalam kantong plastik sepanjang 6 meter dengan motor 

SURYAMALANG.COM, TIONGKOK - Banyak cara dilakukan manusia untuk berhemat, demi memenuhi kebutuhan hidup yang menggunung.

Di Tiongkok, ada peristiwa unik sekaligus berbahaya yang dilakukan warga demi melakukan hidup hemat.

Mereka mengambil gas alam secara ilegal, mengangkutnya ke rumah dengan cara yang sungguh berbahaya.

Dikutip SURYAMALANG.COM dari Shanghaiist, pencurian gas alam ini terjadi di Provinsi Shandong.

Seorang warga tertangkap kamera sedang mengangkut gas alam dengan cara diisi ke dalam kantong plastik sepanjang 6 meter.

Kantong plastik ini ditarik menggunakan sepeda motor untuk di bawah ke rumah.

Mencuri gas alam sudah merupakan kegiatan berbahaya, sebab ancaman ledakan sewaktu-waktu bisa terjadi.

Nah apalagi memasukkan gas ke dalam plastik besar kemudian menyeretnya dengan motor, hal ini sungguh sangat berbahaya.

Goncangan saat diseret, atau sengatan sinar matahari bisa saja menyebabkan ledakan pada gas dalam kantong plastik itu.

Namun, toh nyatanya, warga melakukan 'pekerjaan' ini dengan enteng, mereka mengabaikan ancaman ledakan.

Semua hal berbahaya ini dilakukan demi menekan pengeluaran untuk kebutuhan hiduo.

Dengan cara ini, warga bisa menghemat, uang untuk membeli gas bisa digunakan untuk hal lainnya.

Tindakan seperti ini pun sudah mendapat larangan dari sebuah perusahaan gas setempat.

"Gas alam di kantong plastik bisa saja bocor, terjadi percikan dan meledak. Namun hal ini tidak diindahkan warga, mereka tetap melakukannya, membawanya ke rumah dengan cara berbahaya," kata karyawan perusahaan gas setempat yang tidak disebutkan identitasnya.

Ya demikianlah, meskipun aktivitas ini sangat dekat dengan maut, namun demi 'hidup yang lebih layak', warga rela bermain-main dengan ancaman maut. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved