Malang Raya

Film Animasi Antikorupsi Karya Arek Malang Ini Juara Kompetisi KPK, Ini Menariknya!

"Film kami masuk lima terbaik. Ya itu sudah kebanggaan karena membawa nama Malang dan bersaing dengan peserta Jakarta, Bandung dll," kata Zulfikar.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: musahadah
surya/sylvianita widyawati
Zulfikar Fauzi, animator film Avido melihat karyanya yang mendapat prestasi di Bandung beberapa waktu lalu. 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Ajang kompetisi Anti Corruption Film Festival (ACFFest) yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Bandung Kamis (10/12/2015) menjadi catatan prestasi buat empat sekawan asal Malang.

Empat animator muda ini adalah Zulfikar Fauzi, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) semeter 3 jurusan Ilmu Komunikasi. Sofyan Ali Daud, animator yang pernah kerja di Batam. Bachtiar Yahya/bekti, pengajar animasi di SMKN 3 Kota Batu. Serta Sucha, mahasiswa semester 7 jurusan DKV di Universitas Negeri Malang (UM).

Mereka membuat film animasi berjudul Avido, artinya serakah dalam Bahasa Itali.

Film animasi produksi Lima Titik Animation ini binaan Disperindag Kota Malang. Durasi filmnya empat menit dan diikuti 60 karya dari berbagai animator berbagai kota di Indonesia.

"Film kami masuk lima terbaik. Ya itu sudah kebanggaan karena membawa nama Malang dan bersaing dengan peserta Jakarta, Bandung dll," kata Zulfikar ketika bertemu dengan SURYAMALANG.COM beberapa waktu lalu.

Empat animator ini teman sekolah waktu di SMKN 4 Malang.

Biasanya mereka kongkow di warung dekat sekolah.

Pada September 2015, mereka ngumpul lagi saat ada pembinaan di Disperindag Kota Malang. Mereka kemudian membuat animasi tentang Jatim Park karena sponsor kegiatan itu.

Setelah itu, mereka mengetahui ada kompetisi ACFFest. "Kita nyoba-nyoba bikin lagi. Ini murni karya independen," kata Zulfikar yang juga mengajar animasi di SMKN 3 Kota Batu.

Film dibuat pada November 2015. "Bener-bener film animasi baru yang sengaja dibuat itu kegiatan itu," jelas dia.

Akhirnya didapat ide tokohnya tikus dan diberi judul Avido atau serakah dalam Bahasa Indonesia. Pilihan tikus karena binatang itu sering diindetikkan dengan kegiatan korupsi.

"Selama pembuatan lancar. Kendalanya hanya soal tempat. Untung kita punya akses di SMKN 4," ujar Zulfikar.

Inti cerita film animasi itu soal komitmen. Dimana ada orang memiliki niat baik, namun mendapat gangguan. Itu digambarkan dengan tokoh tikus putih yang sedang membawa paket isi keju.

Tapi dalam perjalanan ada dua tikus menghasut dan akhirnya ia tidak mengirimkan keju itu tapi kemudian dimakan sedikit demi sedikit dan paketnya habis.

Setelah produksi ini, ia sendiri ingin membuat video animasi pembelajaran untuk SMKN 3 Batu. "Misalkan soal global warning. Agar menarik, memakai animasi. Sekarang dalam proses," jelas Zulfikar yang memiliki pengalaman selama dua tahun di Malaysia sebagai animator.

Sepengetahuannya, animator Indonesia banyak dan terlibat di proyek-proyek animasi, termasuk di luar negeri. Sayangnya, Indonesia sendiri tidak mau memanfaatkan. "Apa tidak banyak yang tahu?" Tanyanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved