Piala Jenderal Sudirman
Gara-gara Emosi, Permainan Kacau, Arema Telan Pil Pahit
Bak de javu, tim Arema Cronus kembali harus merasakan kegagalan menuju puncak turnamen nasional dan tertahan di semifinal yang seolah jadi tembok
Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KEPANJEN - Bak de javu, tim Arema Cronus kembali harus merasakan kegagalan menuju puncak turnamen nasional dan tertahan di babak semifinal yang seolah jadi tembok.
Mengulang jejak langkah di turnamen Piala Presiden, tim Singo Edan kembali tertahan di babak semifinal Piala Jenderal Sudirman. Cristian Gonzales dan kawan-kawan kembali mengubur mimpi masuk partai final setelah kalah dari Mitra Kukar melalui drama adu penalti yang berakhir dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Minggu (17/1/2016) malam.
Arema yang bertekad membalik keadaan setelah kalah di laga leg pertama semifinal PJS justru menelan pil pahit. Bermain di kandang sendiri mereka tidak bisa memanfaatkan keadaan. Tim asuhan pelatih Joko Susilo juga tidak bisa memanfaatkan keunggulan jumlah pemain untuk meraih kemenangan di waktu normal.
Pertandingan harus dilanjutkan dengan adu penalti setelah kedudukan 2-1 tidak berubah hingga waktu normal 90 menit berakhir.
Penentuan pemenang lewat adu penalti ini karena agregat gol di dua laga semifinal Arema dan Mitra Kukar menjadi sama 3-3 mengingat di leg pertama Arema kalah 1-2 di Tenggarong.
Cristian Gonzales mencetak dua gol di waktu normal. Sepakan sebagai algojo hadiah penalti di menit 15 dan sundulan di menit 41 menjadikan Arema unggul tipis. Gol balasan Mitra Kukar dilesakkan Arthur Dos Santos yang memanfaatkan sepak pojok di menit 31'.
Mitra Kukar memastikan diri melaju ke final PJS menghadapi Semen Padang yang lebih dulu lolos setelah tiga pemain Arema gagal menjalankan tugas di saat adu penalti. Sukadana yang menjadi algojo pertama, Hendro di urutan keempat dan Gonzales sebagai penendang buncit tidak bisa mencetak gol. Sedangkan di kubu Mitra Kukar hanya Yanto Basna yang gagal dalam adu penalti.
Pertandingan leg kedua semifinal PJS di kandang Arema berlangsung panas. Masing-masing tim tampil dengan tensi tinggi sampai-sampai wasit mengeluarkan tiga kartu merah. Satu kartu merah untuk Toni Mossi dari Arema di menit 27 dan dua kartu merah bagi pemain Mitra Kukar, Abdul Gamal di menit 27 dan Bayu Pradana di menit 72.
Tensi tinggi pertandingan sempat membuat laga di babak pertama dihentikan wasit karena terjadi keributan antar pemain. Para pemain di lapangan mudah terpicu dan terjadi 'Tawuran' di tengah lapangan. Keributan antar pemain terjadi ketika ada dua benturan berturut-turut di lapangan yang tak segera dinetralkan wasit.
Benturan pertama antara Kiko Insa dan Patrick Dos Santos yang membuat Patrick memasang aksi kesakitan, tapi wasit tidak menghentikan pertandingan. Sesaat kemudian giliran Toni Mossi yang berbenturan dengan Abdul Gamal.
Benturan dua pemain ini berlanjut pada saling dorong antara Mossi dan Gamal yang langsung ikut didukung pemain lain sehingga suasana di lapangan kisruh dan sempat terjadi aksi kungfu antar pemain.
Pelatih dan ofisial ikut masuk lapangan untuk menenangkan pemain. Pertandinganpun dihentikan sekian menit. Setelah para wasit bermusyawarah, wasit akhirnya memberikan kartu merah bagi Mossi dan Gamal.
Mitra Kukar harus bermain dengan sembilan orang pemain setelah Bayu Pradana mendapat kartu kuning kedua dan dikeluarkan wasit karena memprotes keputusan wasit di menit 72.
Arema yang unggul jumlah pemain terus mengurung pertahanan Mitra Kukar. Beberapa peluang lahir sejak jeda water break babak kedua. Esteban, Sukadana, Gonzales hingga Beny Wahyudi mendapat kesempatan shooting ke arah gawang tapi semua peluang itu mentah, tak membuahkan gol.
Pelatih Arema Cronus, Joko Susilo menyatakan kekalahan Arema adalah kesalahannya sebagai pelatih.