Malang Raya
Setres dengan Skripsi? Cobalah Hobi Menarik yang Lagi Digandrungi di Malang Ini!
“Setiap orang punya cara untuk membuat dirinya nyaman. Saya nyaman dengan mewarnai. Jadi, tak perlu pedulikan apa kata orang,” tutur dia.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Ari Setiawan (48) duduk bersila di atas tikar di bawah sebuah pohon Alun-alun Merdeka Kota Malang, Minggu (14/2) pagi.
Sekitar setengah jam dia bertahan dalam posisi itu. Matanya yang berbingkai kaca mata fokus pada kertas sketsa yang baru berwarna separo. Pensil warna di kanan tangannya melengkapi bidang sketsa kosong yang belum teraksir.
Ari tak sendirian. Di lokasi yang sama, sekitar 200 orang beraktivitas sama. Mereka larut dalam euforia kegiatan Ngalam Colouring Day yang digagas oleh Komunitas Tabrak Warna Malang.
Setelah rampung, hasil karya para peserta dipajang di papan puzzle besar.
“Saya suka menggambar sejak SD. Kebiasaan itu kemudian disusul dengan kegemaran saya mewarnai. Saat sekolah dapat nilai jelek, atau saat dimarahi orangtua, saya selalu melampiaskannya dengan menggambar atau mewarnai,” kata Ari. Ia melanjutkan kembali aksiran yang masih harus dituntaskan.
Satu dari sedikit pria anggota komunitas Tabrak Warna Malang itu mengakui bahwa mewarnai selalu diidentikan sebagai kegiatan anak-anak. Baginya itu wajar saja.
Mewarnai memang menjadi pelajaran wajib di Taman Kanak-Kanak. Di tingkat SMP atau SMA, pamor mewarnai kalah dengan menggambar.
“Setiap orang punya cara untuk membuat dirinya nyaman. Saya nyaman dengan mewarnai. Jadi, tak perlu pedulikan apa kata orang,” tutur dia.
Ketika ide buntu saat berkerja, Ari mengaku pasti menyempatkan waktu beberapa menit untuk mewarnai, menggambar, atau corat-coret. “Itu bisa memunculkan ide-ide saya,” kata Ari yang bekerja sebagai arsitek di sebuah perusahaan di Surabaya.
Ngalam Colouring Day tak hanya diikuti anggota komunitasnya. Sebagaian besar peserta justru warga Malang yang awam tentang teknik pewarnaan.
Ferlly Februari (22), misalnya. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu sengaja datang ke sana karena ingin turut serta.
Menurut dia, mewarnai ibarat meluapkan emosi. Meski mengaku tak terlalu mahir memainkan pensil warna, ia terbiasa mewarnai di waktu senggang.
Lain cerita dengan Dewi Sundari (21) yang menganggap mewarnai bukan hobi. “Yang bikin saya suka mewarnai hanya saat lagi badmood atau lagi suntuk,” tuturnya. Saat Dewi tengah stres dengan skripsi, mewarnai dijadikan pelampiasan.
Ketua Panitia kegiatan, Icha Nafisa (24), menjelaskan, Ngalam Colouring Day bukan perlombaan. Kegiatan itu bertujuan mengajak masyarakat luas, khususnya yang ada di Kota Malang mengenal kebiasaan mewarnai. Jadi, tak ada hadiah di sana. “Tak ada juga penilaian siapa yang mewarnainya bagus, siapa yang tidak bagus. Tidak ada,” ucap Icha.
Peralatan mewarnai yang disiapkan panitia, kata Icha, diutamakan yang mengusung budaya Kota Malang. Jadi, sebagian besar kertas yang diaksir peserta berupa hal-hal yang identik dengan kota itu.