Malang Raya
Para Eks Gepeng Siap Gotong Royong Bangun Rumah dari Dana Bantuan Kemensos
Bagi bapak dua anak itu, memiliki rumah meski hanya bersifat pinjaman sudah menjadi kebahagiaan.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: musahadah
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG – Sebanyak 40 kepala keluarga bekas gelandangan dan pengemis (Gepeng) ber-Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Malang harus bergotong royong membangun rumah mereka yang didanai Kementerian Sosial.
Alasannya, dana sebesar Rp 30 juta per rumah tak cukup untuk biaya pembangunan rumah hingga siap ditinggali. Meski begitu, para gepeng terpilih tetap menyambut antusias.
Bagus (24), bekas gepeng asli Kecamatan Sukun mengaku siap membangun rumah itu dengan bantuan gepeng lain dan bantuan tenaga kelurahan.
Bagi bapak dua anak itu, memiliki rumah meski hanya bersifat pinjaman sudah menjadi kebahagiaan. Selama ini, ia dan keluarganya tinggal di emperan di sekitar Jalan Muharto.
Bahkan, ia tak ragu menyanggupi syarat yang diajukan oleh Dinas Sosial Kota Malang agar bisa menerima bantuan pinjaman pembangunan rumah itu.
Syarat yang dimaksud, yakni ia dan keluarga siap tak kembali ke jalanan. Bagus berencana membuat usaha mandiri dengan dana tambahan yang akan diberikan oleh Kementrian Sosial.
Dana batuan yang dimaksud Bagus adalah dana Rp 1 juta per kepala keluarga yang bersumber dari APBN 2016 untuk modal usaha awal.
Para gepeng juga bakal menerima uang Rp 900.000 untuk tiga bulan per kepala sebagai jaminan hidup.
Setelahnya, mereka juga dijanjikan bekal Rp 5 juta per kepala keluarga untuk pengembangan usaha ekonomi produktif.
Hari Armidianto (55), bekas gepeng lain asal Kecamatan Blimbing pun bersukur atas bantuan itu.
Ia tak mempermasalahkan lokasi pembangunan kawasan rumah program “Desaku Menanti” itu yang berada di daerah cukup jauh dari kota.
Untuk mencapai kawasan yang luasnya belasan hektare itu, warga memang harus masuk lewat jalan makadam. Selain berada di area tengah sawah, lokasi itu juga tak terjangkau jaringan telepon selular.
“Tidak masalah tempatnya jauh dari rumah warga. Yang penting punya rumah dulu,” kata bapak sembilan anak itu.
Saat itu, ia belum tahu bahwa bantuan yang diberikan hanya berupa bahan bangunan. Sebab itu, ia sudah berencana bergotong-royong dengan bekas gepeng lain untuk menyelesaikan pembangunan rumah itu.
Kepala Dinas Sosial Kota Malang Sri Wahyuningtyas menyebut, pemilihan 40 kepala keluarga penerima bantuan bukan sembarangan. Mereka dipilih dari sekitar 80 gepeng lain yang ber-KTP asli Malang.