Entertainment

Sacha Stevenson, YouTuber Asal Kanada Ini Berbagi Pengalaman di Universitas Brawijaya Malang

Kini pelanggan Sacha sudah mencapai 265.000. Ia pun memberi tips kepada para mahasiswa yang ingin jadi YouTuber

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Sacha Stevenson saat berbagi cerita di aula FIA Universitas Brawijaya Malang, Kamis (27/10/2016). 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - YouTuber Sacha Stevenson (34) berbagi cerita di aula FIA Universitas Brawijaya Malang, Kamis (27/10/2016). Ruangan aula penuh di acara yang menghadirkan Djoko W, Kakanwil 7 BCA Malang dan Sacha ini.

Wanita asal Kanada ini didampingi pemandu acara melakukan tanya jawab mengenai kegiatannya. Dalam dialog itu kadang-kadang ia berbahasa Indonesia dicampur Bahasa Inggris. Kisah berawal saat ia berusia 19 tahun dan menjadi guru Bahasa Inggris di Indonesia.

"Aku jadi guru itu bukan karena cita-cita. Kebetulan saja. Karena cita-cita saya adalah melihat dunia di usia itu," tutur istri pria Bandung ini di acara itu. Menjadi guru ia tidak bertahan lama.

Sempat juga ia berakting dengan komedian Komeng, namun ia merasa jadi badut karena jadi bahan komedi. "Aku tidak bangga dengan pekerjaannya," akunya.

Namun juga tidak ada peran buat orang asing. Ia juga sempat menjadi pengangguran sebelum jadi YouTuber.

"Saya kalau kerja di orang selalu dipecat. Pernah kerja di Singapura. Kelihatannya keren. Tapi saya akhirnya dipecat. Saya telat masuk. Dan saat break suka merokok," kata dia disambung tawa.

Menurutnya, di tempat kerjanya memang ada ruang merokok. Namun bos-nya mungkin kurang suka ia merokok. "Akhirnya bos bilang bye-bye Sacha," ceritanya.

Sampai suatu hari ini ia merekam aktingnya tentang orang Indonesia. "Tidak tahu nanti akan jadi viral. Hanya upload," katanya. Namun sebelum itu, ia mencari info YouTuber yang banyak penontonnya. Ia menganalisanya.

Ia kemudian membuat video tiga seri dan ternyata ada respons positif. "Padahal waktu itu jika tidak disukai, saya akan cari ide lain. Tapi kebetulan ada yang suka," tuturnya. Sehingga ia memutuskan mengangkat tema tentang Indonesia.

Kini pelanggan Sacha sudah mencapai 265.000. Ia pun memberi tips kepada para mahasiswa yang ingin jadi YouTuber, yaitu harus memproduksi secara kontinyu. Dengan begitu, orang akan selalu menunggu.

"Mungkin bikin seminggu sekali, sebulan sekali atau setiap hari," paparnya. Dari beberapa pertanyaan peserta, antara lain soal haters? Ia menanggapi santai. "Haters.. kadang bikin jadi viral. Saya sendiri kan juga tidak tahu mana video yang disukai dan tidak," jawabnya.

Selain itu ia juga ditanya pengalaman paling mengesankan saat syuting videonya. "Saat syuting 27 kata kasar dalam Bahasa Indonesia," cetusnya. Saat itu, syuting dilakukan di sebuah jalan di Bandung.

Untuk kata kasar itu ia harus menghafalkan karena ia bukan orang Sunda. "Ternyata ada yang lupa," ujarnya. Ia merasa malu apalagi dilihat orang.

Agar meminimalisir kejadian seperti itu, Sacha mengaku sering syuting video di rumahnya sendiri. "Kalau ada kesalahan kan tidak tahu," cetus Sacha yang gemar makan durian ini.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved